JAKARTA—Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi angkat suara terhadap komentar-komentar negatif yang ditujukan kepada institusinya. Khususnya, yang bernada menyudutkan dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Aidi mengaku bingung, karena para pejabat daerah hingga pemerhati HAM selalu menganggap apa yang telah dilakukan TNI dan juga Polri di Papua salah. Padahal jelas-jelas yang melakukan pembantaian adalah kelompok separatis atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Instropeksilah diri saudara, berhentilah mengatasnamakan rakyat, seolah-olah saudara adalah dewa pelindung dan penyelamat rakyat, karena belum tentu juga seberapa besar peranan saudara untuk memihak kepada kepentingan rakyat,” sindir Aidi, Jumat (21/12)
BACA JUGA: Gubernur Papua Minta Pasukan Gabungan Ditarik, Begini Reaksi TNI
Ketika rakyat sipil atau anggota TNI-Polri yang menjadi korban kebiadaban KKB, sejumlah pihak itu diam seribu bahasa. “Tetapi manakala yang menjadi korban adalah pihak KKB, saudara-saudara langsung bereaksi. Ini semua indikator apa?” ujar Aidi geram.
Aidi mengungkapkan, ketika Asmat dilanda musibah KLB campak dan gizi buruk, TNI adalah pihak pertama yang terjun langsung ke daerah tersebut dengan mengerahkan segala sumber dayanya.
Akakn tetapi, pihaknya tidak pernah mengetahui bantuan apa yang sudah diberikan oleh pemerintah provinsi dan wakil rakyat terhadap warga Asmat.
“Bahkan mungkin satu kalipun pemerintah provinsi dalam hal ini Gubernur LE (Lukas Enembe) tidak pernah menengok warganya yang menderita di Asmat,” singgung Aidi.
Begitupun saat bencana embun beku melanda di Distrik Kuyawage Lannyjaya pada Juli 2015 lalu, yang mengakibatkan ratusan masyarakat eksodus mengungsi ke Tiom.
Dandim Jayawijaya dan Kapolres Lannyjaya beserta jajaranya yang paling pertama mendirikan tenda-tenda pengungsian, membangun dapur umum, menjemput para pengungsi sampai kepucuk-pucuk gunung.
Pada kondisi seperti itupun pihaknya masih diganggu dengan tembakan kelompok separatis pimpinan Enden Wanimbo. “Tapi kami tidak pernah mendengar bantuan apa yang diberikan Pemda dan wakil rakyat terhadap warga Kuyawage,” imbuhnya.
Lalu, saat warga Mbua dilanda penyakit, yakni puluhan bayi dilaporkan meninggal pada Oktober-November 2015, Kodim 1702/Jayawijaya adalah pihak pertama yang mengirim bahan makanan, lauk pauk, pakaian, serta selimut.
Termasuk persoalan kemanusiaan lainnya yang melanda Papua selama ini. Wulau wabah penyakit, bencana longsor, gempa bumi, banjir, kebakaran hutan, konflik sosial dan lain-lain, menurutnya TNI selalu hadir sebagai garda terdepan untuk meringankan beban warga yang menderita.
BACA JUGA: Gubernur Papua Sebut Pelaku Penembakan di Nduga Tak Butuh Pembangunan: Mereka Minta Merdeka
Namun kata Aidi, TNI-Polri tidak butuh dipuji dan disanjung atas apa yang telah mereka lakukan untuk rakyat. “Karena memang itulah tugas dan kewajiban kami untuk melindungi segenap rakyat dan seluruh tumpah darah kami,” tegasnya.
Betul, katanya TNI dilatih, dididik dan disiapkan untuk membunuh dan terbunuh. Tapi para prajurit adalah orang-orang yang paling menghargai kehidupan.
“Karena kami siap mempertaruhkan kehidupan kami sendiri untuk menjamin kehidupan rakyat kami dan kehidupan yang lebih besar,” pungkas Aidi. []
SUMBER: JAWA POS