AISYAH ra bercerita ketika ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra diangkat menjadi khalifah, ia berkata, “Rakyatku telah mengetahui bahwa uangku dan perdaganganku telah mencukupi keluargaku, tetapi sekarang aku telah disibukkan dengan urusan kekhalifahan dan menyelesaikan urusan kaum muslimin sehingga tidak ada waktu bagiku untuk berdagang. Oleh karena itu, nafkahku ditetapkan oleh Baitul Mal.” (HR Bukhari)
Abu Bakar ra. sudah ditunjuk menjadi khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW yang telah meninggal dunia, tetapi ia tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sejak pagi dini hari, Abu Bakar ra. telah membawa beberapa kain untuk dijual di pasar. Di tengah perjalanan ia berpapasan dengan Umar bin Khaththab ra. Mereka pun saling berucap salam. “Hendak ke mana engkau, wahai Abu Bakar?” tanya Umar ra.
BACA JUGA: Sikap Tenang Abu Bakar di Hari Wafatnya Nabi
“Ke pasar!” jawab Abu Bakar ra sambil menunjukkan barang dagangannya.
Mendengar itu, Umar ra. mengingatkan tugas Abu Bakar ra sebagai khalifah negara dengan bertanya, “Jika kamu disibukkan dengan perdaganganmu, kapan kau akan mengurus umat?”
“Inilah yang biasa aku lakukan untuk menafkahi keluargaku. Jika aku tidak berdagang, siapa yang akan memenuhi kebutuhan hidup keluargaku?” timpal Abu Bakar ra.
Kemudian Umar ra mengajak sahabatnya untuk meminta pendapat Abu Ubaidah yang diberi gelar Ummul ummah oleh Rasulullah SAW yang artinya kepercayaan umat.
Abu Ubaidah menetapkan gaji untuk Abu Bakar ra yang diambil dari harta Baitul Mal sebesar 4.000 dirham per tahun. Dengan demikian, Abu Bakar ra dapat memusatkan perhatiannya untuk mengurus umat tanpa terbebani permasalahan keluarga.
Suatu hari, istri Abu Bakar r.a. menginginkan manisan. la membutuhkan bahan-bahan manisan untuk membuatnya. Kemudian ia meminta suaminya untuk membelikan apa yang ia butuhkan. “Aku tidak punya uang untuk membelinya,” jawab Abu Bakar ra atas permintaan sang istri.
“Jika kau setuju, aku akan menyisihkan uang belanja kita sedikit demi sedikit hingga terkumpul untuk membeli bahan-bahan manisan,” usul istrinya. Abu Bakar ra pun menyetujuinya.
Dalam beberapa hari uang tersebut telah terkumpul. Sang istri kembali meminta bantuan Abu Bakar ra agar membelikannya bahan-bahan manisan dengan uang tersebut. Rupanya sang istri tidak sabar ingin segera menikmati manisan yang ia gemari. Akan tetapi, apa yang dikatakan sang suami?
Sambil menerima uang yang diserahkan oleh istrinya, Abu Bakar ra berkata, “Kini aku tahu bahwa kita menerima gaji dari Baitul Mal lebih dari yang kita butuhkan. Aku akan mengembalikan uang ini ke Baitul Mal.” Sejak saat itu, Abu Bakar ra mengurangi gajinya sebanyak uang yang dapat disisihkan istrinya pada waktu lalu tersebut.
Tindakan Abu Bakar ini berlanjut dan memerintahkan anaknya, Aisyah, untuk mengembalikan seluruh barang yang telah diambil dari Baitul Mal, termasuk mengembalikan gajinya selama ia memerintah dua tahun lamanya sebesar 8.000 dirham ke Baitul Mal.
BACA JUGA: Ketika Abu Bakar dan Umar Berlomba Rawat Seorang Nenek Tua Renta yang Buta
Bahkan, peninggalan Abu Bakar ra hanya seekor unta betina, sebuah mangkuk, dan seorang hamba sahaya. Itu pun ia berikan kepada khalifah selanjutnya, yaitu Umar bin Khaththab ra.
Ketika Umar bin Khaththab ra menerima peninggalan sahabatnya dari Aisyah ra, ia berkata, “Semoga Allah SWT merahmati Abu Bakar. la telah menunjukkan jalan yang sulit untuk ditempuh para penggantinya.”
Maksud Umar ra atas perkataannya adalah Abu Bakar ra. telah memberikan suri teladan yang sangat berat untuk dilaksanakan oleh para penerusnya. []
SUMBER: CERITAINSPIRASIMUSLIM