9. BERSEDEKAH dengan apa-apa yang Allah SWT cintai
Jika seorang hamba mampu bersedekah dengan sesuatu yang ia cintai dari harta, makanan atau yang sejenisnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang lebih besar dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya,” (QS. Ali-Imran [3]:92).
Oleh karena itu, ‘Abdullah bin Uma ra, apabila datang kepada beliau seorang peminta-minta, maka ia akan memerintahkan keluarganya untuk memberikannya gula karena ia menyukai gula. Demikianlah, hendaklah orang-orang yang suka berbuat baik segera berlomba-lomba melakukannya.
BACA JUGA: Kenapa Sedekah Shubuh?
10. Tidak menggunakan sedekah dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti orang yang menerima sedekah
Tidak boleh seseorang mengungkit-ungkit sedekah kepada orang yang menerimanya atau merendahkannya dengan sedekah, atau menyebutkan kebaikan-kebaikan atau jasa-jasa yang telah ia berikan kepadanya. Sebab, hal itu dapat melukai perasaan orang yang menerimanya dan dapat menghapus (pahala) sedekah, sebagaimana firman Allah SWT:
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir,” (QS. Al-Baqarah [2]:264).
Juga dalam firman Allah SWT:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,” (QS. Al-Baqarah [2]:262).
11. Mengagumi nikmat-nikmat Allah SWT dan mensyukurinya
Wajib bagi orang yang bersedekah agar merenungi nikmat Allah SWT atas dirinya ketika bersedekah. Sebab, Allah telah menjadikannya kaya dan membuatnya tidak menerima sedekah. Allah SWT menjadikannya tangan di atas. Allah SWT menjadikannya orang yang memberi bukan menerima.
Yang demikian termasuk nikmat Allah atas dirinya sehinga ia harus mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.
BACA JUGA: Sisa Panen Ladang yang Sudah Disedekahkan, Lelaki Ini Terkejut …
12. Hendaklah orang yang bersedekah tidak memandang dirinya berjasa atas orang-orang yang menerima sedekahnya
Seseorang yang telah memberikan sedekah harusnya memandang semua itu sebagai karunia Allah SWT karena Dialah yang memberikan dan melimpahkan harta tersebut kepadanya. Bahkan, seorang Mukmin yang bijak akan melihat bahwasanya orang fakir itulah yang telah mencurahkan karunia kepadanya. Sebab, orang fakir menerima sedekahnya sehingga memberikan kesempatan baginya untuk menerima pahala dari Allah SWT.
13. Tidak mengurungkan niat bersedekah karena keraguan terhadap orang yang menerimanya
Apabila seorang yang bersedekah ragu terhadap orang yang menerima sedekahnya, tidak juga bisa memastikan apakah ia benar-benar fakir atau tidak maka janganlah membuatnya tidak jadi bersedekah. Sebab, pada dasarnya ia mengharapkan pahala dari Allah SWT dari sedekahnya. Hal ini kerap kali terjadi. Selama ia bersungguh-sungguh memberikan sedekah kepada yang berhak dan besar sangkaannya bahwa orang yang dimaksud berhak menerimanya, maka berikanlah sedekah itu.
14. Lebih dulu memberikan sedekah kepada karib kerabat
Apabila karib kerabat mereka termasuk orang yang membutuhkan, maka hak mereka lebih besar dari pada hak orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah kepada orang miskin (mendapat pahala satu), sedangkan sedekah kepada karib kerabat mendapat dua pahala; pahala sedekah dan pahala silaturahim,” (HR. Ahmad (IV/17, 18, 214), at-Tirmidzi (658) dan dihasankannya, an-Nasa-i (V/92), Ibnu Majah (1844), al-Hakim (I/407) dan dishahihkannya serta disetujui oleh adz-Dzahabi dari Salman bin ‘Amr).
15. Merahasiakan sedekah kecuali untuk suatu kepentingan
Dianjurkan kepada setiap Muslim jika ia bersedekah untuk merahasiakan sedekahnya dari pengetahuan manusia sebisa mungkin. Sesungguhnya hal itu lebih dekat kepada keikhlasan serta lebih menjaga harga diri dan kehormatan orang yang menerimanya.
Allah SWT berfirman: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Baqarah [2]:271).
Rasulullah SAW juga telah menjelaskan bahwa orang yang merahasiakan sedekahnya termasuk orang-orang yang dinaungi pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan Allah SWT.
BACA JUGA: 2 Kerugian Orang yang Bersedekah dengan Tujuan Agar Harta Berlipat
Nabi SAW bersabda: “Tujuh orang yang Allah naungi pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan Allah SWT; … dan seorang yang bersedekah, ia menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya,” (telah disebutkan takhrij-nya)
Meskipun demikian, apabila terdapat kepentingan dan maslahat yang kuat untuk menampakkannya, maka yang lebih baik adalah menampakkannya. Contohnya, orang yang terhormat bersedekah kepada orang yang membutuhkan di hadapan khalayak agar mereka mengikutinya untuk bersedekah.
Dengan begitu, ia mencontohkan kepada mereka perbuatan baik. Masih banyak lagi permasalahan lainnya. Hal itu semua dilakukan dengan tetap menjaga diri dari riya dan tetap menjaga keihlasan kepada Allah SWT.
16. Tidak mengambil kembali sedekah
Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang bersedekah kemudian ia mengambil kembali sedekahnya seperti anjing yang memuntahkan sesuatu kemudian ia menjilat muntahnya untuk memakannya lagi,” (HR. Muslim (1622) dari Ibnu ‘Abbas ra).
Hadits tersebut menerangkan perumpamaan yang sangat jelek bagi orang yang mengambil kembali sedekahnya. Maka dari itu, ketika seorang Muslim bersedekah maka keluarkan sedekahnya dengan kemurahan hati dan tidak mengambil kembali apa yang telah disedekahkan dengan alasan apapun. []
HABIS
Sumber: E-book-Ensiklopedi Adab Islam Menurut Al-Quran dan As-Sunnah 2/Penerjemah: ‘Abdul’aziz bin Fathi as-Sayyid Nada/ Penerbit: Tim Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta