PEREMPUAN yang siap menikah, akan menyerahkan dirinya secara utuh untuk taat kepada pasangannya kelak. Karena ia memahami, bahwa ridho suami akan turut mengantarkan ridho Allah kepada dirinya.
Perempuan yang siap menikah, tidak menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk membuatnya bahagia. Karena ia menyadari, pernikahan bukanlah sebuah tujuan, melainkan proses awal menuju perjuangan yang besar.
BACA JUGA: Menikahi Wanita yang Sudah tak Perawan
Perempuan yang siap menikah, akan memahami bahwa pernikahan adalah tahap awal dimana kelak ia akan melewati fase-fase terhebat dalam hidupnya. Fase mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik anak-anaknya yang akan membutuhkan kesabaran dan keikhlasan besar dalam dirinya.
Perempuan yang siap menikah, tidak asal-asalan dalam memilih calon pasangan hidup. Ia memahami, bahwa untuk membentuk sebuah peradaban yang baik, maka harus diawali dengan menemukan partner hidup yang baik pula.
Perempuan yang siap menikah, akan mempersiapkan mental dalam dirinya dengan baik. Ia akan siap untuk meredam ego yang tidak pada tempatnya, bersabar atas kekurangan pasangannya, bersyukur atas kelebihan pasangannya, menjaga lisan dari perkataan negatif, serta tak lelah untuk memberikan dukungan dan apresiasi kepada pasangannya.
Nyatanya, banyak orang yang memiliki keputusan untuk menikah, hanya karena didominasi oleh unsur duniawi saja. Misal, dikarenakan fisik yang menawan, harta yang menjulang, usia yang semakin bertambah, tuntutan dari orangtua, atau karena sekedar mengikuti jejak teman-temannya yang telah terlebih dahulu melanjutkan hidup ke jenjang pernikahan.
Dan pada akhirnya, muncul anggapan bahwa pernikahan hanyalah sebatas next level dalam kehidupan yang tengah ia jalani. Tak ada makna, dan tak ada tujuan selain hanya karena ingin bahagia bersama pasangannya, atau karena yang ia sebut next level itu sudah berhasil ia capai. Padahal, esensi dari sebuah pernikahan lebih dari sekedar next level dalam kehidupan seseorang.
Bukankah terasa lebih sulit jika tujuan menikah hanya diarahkan pada kesenangan dunia? Karena ketika realita yang terjadi tidak sesuai ekspektasi, maka rasa kecewa akan muncul menggebu-gebu dalam diri. Ada ketidaksiapan untuk menerima konflik dalam rumah tangganya, sekaligus ketidakmampuan untuk menghadapi segala dinamika yang ada.
Sudah selayaknya kita pun memahami, bahwa hakikat rumah tangga akan penuh dengan ujian yang sebenarnya Allah SWT maksudkan untuk membina diri kita agar bisa menjadi pribadi yang semakin taat kepada Allah SWT.
BACA JUGA: Menikah artinya Menempatkan Cinta pada Orang yang Tepat
Menikah membutuhkan kesiapan diri yang sangat besar. Begitu banyak celah kebaikan berbuah surga yang bisa kita raih dalam pernikahan kita, namun tak sedikit pula celah keburukan yang bisa saja kita lakukan pada rumah tangga kita sendiri. Oleh karena itu, penuhilah diri kita dengan ilmuNya, agar kita tahu hendak dibawa kemana rumah tangga kita nantinya.
Menikahlah dengan kemurnian hati untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan niat yang benar, akan lebih mudah bagi kita untuk belajar menerima setiap takdirNya, dan akan lebih mudah bagi kita untuk menerapkan arti ikhlas dan sabar yang sesungguhnya. []
Sumber: Nikahbutuhilmu