Oleh: Vienna Alifa
TERSEBABKAN kesaksian atas peristiwa kematian yang begitu sontak, terhentak bahwa ia ternyata begitu dekatnya, tercekam oleh kondisi akhir hidup yang tak dapat direka serta terpikir bagaimana nasib jiwa ini saat raga tak lagi berdaya…
Berkembanglah kemudian kesadaran; untuk membenahi ibadah, menambah amal shalih, memperbaiki akhlaq, meninggalkan maksiat, menjauhi syubhat, memperbanyak taubat dan segala hal menyangkut persiapan bekal saat menghadapNya kelak….
Maka adakah renungan yang paling berharga selain membayangkan penyebab terputusnya kenikmatan dunia untuk selamanya?
Masih adakah cara ampuh mengobati kelalaian, kejahilan dan keburukan nafsu kecuali mengingat-ingat proses kematian?
“Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan…” (Qs. Al-waqi’ah:60).
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan,” |(Qs. Al-munafiquun: 11).
اللهم اجعل خير عمري أخره و خير عملي خواتيمه و خير أيامي يوم لقائك
“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat),” (H.R. Ibnus Sunny). []