SESUNGGUHNYA manusia diciptakan di alam bertujuan untuk beramal, kemudian nanti akan dibangkitkan di hari kiamat untuk dibalas berdasarkan apa yang telah mereka amalkan. Maka manusia tidak diciptakan sia-sia, juga tidak ditelantarakan begitu saja.
Orang yang beruntung adalah orang yang telah memberikan kebaikan untuk dirinya yang akan dia dapatkan simpanannya di sisi Allah SWT.
Dan orang-orang yang celaka adalah orang yang memberikan kejelekan untuk dirinya yang akan mengakibatkan kesengsaraan. Mari kita melihat amal-amal kita dan mawas diri sebelum datang ajal, karena kematian menandakan terputusnya amalan dan merupakan permulaan menuai balasan.
Kematian begitu dekat namun tiada yang tahu kapan datangnya. Dan perhitungan amal sangat teliti namun kita tak mengetahui kapan saatnya. Rambut beruban telah memberikan tanda peringatan kematian, maka marilah kita bersiap menghadapinya.
Kematian teman karib seseorang menandakan dekatnya kematian dirinya. Mari mengingat kematian, beramal untuk menghadapi masa sesudah kehidupan.
Yang pasti kita akan datang menemui akhirat dan menetap di sana. Jangan sampai kita dilalaikan dengan sesuatu yang kita datangi namun akan segera kita tinggalkan. Jangan sampai kita tertipu dengan impian-impian panjang lalu menjadi lupa dengan kedatangan ajal.
Beberapa banyak orang yang mendambakan sesuatu lalu tidak bisa dia dapatkan. Beberapa banyak orang yang hidup dalam waktu paginya suatu hari, lalu tak menemui waktu sorenya atau mengalami sorenya suatu malam namun tak menemui paginya.
Berapa banyak orang ketika datang ajalnya berangan untuk ditunda beberapa saat lagi agar dia bisa memperbaiki kesalahannya serta melakukan apa yang telah dia lupakan.
Maka dikatakan padanya, “Mustahil, apa yang kau harapkan telah berlalu, Kami telah memperingtakanmu sebelumnya dan Kami telah ancam kamu bahwa tidak ada waktu lagi untuk kembali.”
Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah SWT. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belajanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’ Dan Allah SWT sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al -Munafiqun: 9-11).
Sebenarnya seseorang itu terhenti amalnya tatkala datang kematiannya. Tetapi ada beberapa amalan yang dilakukan pada saat hidupnya dan manfaatnya terus menerus dipakai, maka pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya meskipun temponya berlangsung lama.
Dan itu berbentuk segala usaha kebaikan yang bisa bermanfaat bagi manusia atau pun binatang ternak; seperti waqaf-waqaf untuk kebaikan, pohon-pohon berguna yang berbuah, sumber-sumber air minum, membangun masjid-masjid dan madrasah, anak keturunan yang shalih, mengajarkan ilmu bermanfaat dan mengarang kitab-kitab yang berfaedah.
Perkara-perkara yang tersebut di dalam hadits tadi adalah inti dari firman Alalh SWT, “Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan,” (QS. Yaasiiin: 12).
Apa yang telah mereka kerjakan di sini maksudnya adalah apa yang mereka lakukan secara langsung dalam hidupnya berupa amal baik maupun yang buruk. Sedang bekas-bekas yang mereka tinggalkan maksudnya hasil dari amalannya yang terus terwujud setelah kematiannya yang baik maupun yang buruk.
Bekas-bekas amalan yang sampai kepada seorang hamba setelah meninggalnya ada tiga perkara, yaitu:
1. Amal shalih yang dilakukan orang lain sebagai hasil upaya si mayit, berupa dakwah dan pengarahannya kepada orang itu sebelum meninggal.
2. Beberapa perkara yang digunakan orang lain berupa usaha-usaha kebaikan yang bermanfaat yang telah didirikan si mayit sebelum dia meninggal. Atau waqaf yang diwaqafkannya pada saat masih hidup yang kemudian diambil hasilnya setelah dia meninggal dunia.
3. Amalan-amalan yang dilakukan orang yang meraih hidup kemudian pahalanya dihadiahkan kepada si mayit berupa doa, shadaqah dan amalan kebajikan yang lain.
Ibnu Majah meriwayatkan, “Sesunggunya amal kebaikan yang akan sampai kepada mayit setelah meninggalnya adalah: ilmu yang bermanfaat yang dia sebarkan, anak shalih yang dia tinggalkan, mushaf yang dia wariskan, masjid yang dia dirikan, rumah yang dipakai para musafir yang telah dia bangun, sungai yang dia alirkan, atau shadaqah yang dia keluarkan dari hartanya pada saat dia masih hidup dan sehat, semua akan sampai kepadanya setelah dia meninggal.”
Maka marilah kita berusaha untuk mengerahkan semua sebab dan melakukan amalan yang bermanfaat yang akan terus ada manfaatnya dan mengalir pahalanya setelah wafat.
Allah SWT berfirman, “Harta dan anak-anak shalih adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhamnu serta lebih baik pahalnya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi: 46). []
Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Penerbit: Cable Book/2012