Oleh: Ari Herlina
Guru, Tinggal di Depok
emakpeduligenerasi@gmail.com
SELAIN Covid-19 yang telah menelan banyak jiwa, sejarah mencatat penyebaran penyakit-penyakit menular di dunia. Salah satunya wabah Justinian. Wabah ini dikenal luas, mulai muncul pada 541 Masehi di Mesir. Wabah pes bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah.
Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai Konstantinopel pada musim semi tahun berikutnya. Dampak wabah ini menyebabkan 10 ribu orang tewas tiap hari. Bahkan, memakan korban hingga seperempat populasi di Mediterania timur.
Wabah The Black Death juga pernah menjadi catatan kelam dalam sejarah. Penyakit itu menewaskan tak kurang dari dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun.
Di era kini, beberapa contoh kasus penyakit yang dinyatakan pandemi antara lain: Flu H1N1 yang dulu dikenal dengan Flu Babi dan sejumlah penyakit serupa yang ditularkan dari hewan ke manusia (republika.co.id, 11/01/2018).
Tentunya penyebaran wabah ini akan terhenti jika sistem Islam diterapkan. Cara jitu sistem Islam atasi penyebaran penyakit menular dengan melaksanakan hadits Nabi SAW. Dari kitab Sahih Muslim Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ini merupakan metode karantina yang telah diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul SAW membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan.
Peringatan kehati-hatian pada penyakit lepra juga dikenal luas pada masa Nabi SAW. Rasulullah menasihati masyarakat agar menghindari penyakit lepra. Dari hadits Abu Hurairah, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena lepra, seperti kamu menjauhi singa.”
Di masa Khalifah Umar bin Khaththab, wabah kolera menyerang Negeri Syam. Umar bersama rombongan yang saat itu dalam perjalanan menuju Syam, terpaksa menghentikan perjalanannya. Umar pun meminta pendapat kaum Muhajirin dan kaum Anshar untuk memilih melanjutkan perjalanan atau kembali ke Madinah. Sebagian dari mereka berpendapat untuk tetap melanjutkan perjalanan dan sebagian lagi berpendapat untuk membatalkan perjalanan.
Umar pun kemudian meminta pendapat sesepuh Quraisy. Yang kemudian menyarankan agar Khalifah tidak melanjutkan perjalanan menuju kota yang sedang diserang wabah penyakit. “Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka ke tempat yang terjangkit penyakit itu,” ujar sesepuh Quraisy sebagaimana dikutip dalam buku Pesona Akhlak Nabi, (Ahmad Rofi’ Usmani, 2015).
Namun di antara rombongan, Abu Ubaidah bin Jarrah masih menyangsikan keputusan Khalifah. “Kenapa engkau melarikan diri dari ketentuan Allah?” ujarnya. Umar pun menjawab, “Apa yang dilakukannya bukanlah melarikan diri dari ketentuan Allah melainkan untuk menuju ketentuan-Nya yang lain.”
Keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan pun semakin yakin saat mendapatkan informasi dari Abdurrahman bin Auf. Bahwa suatu ketika Rasulullah melarang seseorang untuk memasuki suatu wilayah yang terkena wabah penyakit. Begitu pun masyarakat yang terkena wabah tersebut untuk tidak meninggalkan atau keluar dari wilayahnya. Ini merupakan cara mengisolasi agar wabah penyakit tersebut tidak menular ke daerah lain.
Jika datang sebuah wabah, Rasulullah berdoa untuk menghilangkan wabah penyakit tersebut.
Dari Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW pernah berdoa memohon agar Allah menjaga Madinah dari wabah penyakit. Berikut doanya: “Ya Allah, jadikanlah Madinah sebagai kota yang kami cintai sebagaimana kami mencintai Makkah atau bahkan lebih dari itu. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kota dan penduduk kami, sehatkanlah Madinah buat kami dan pindahkanlah wabah penyakitnya ke Juhfah.” (Sahih Al-Bukhari No. 1756)
Kemudian, Rasulullah SAW mengajarkan doa kepada para sahabat dari penyakit deman dan semua penyakit, agar mereka mengucapkan: “Dengan menyebut nama Allah yang Mahabesar, aku berlindung kepada Allah yang Mahaagung dari kejahatan penyakit na’ar (yang membangkang) dan dari kejahatan panasnya neraka.” (Sunan Ibnu Majah No. 3517). []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.