Oleh : Fitria Maulidina
Mahasiswa STEI SEBI, Penerima Beasiswa Sarjana Muamalat
fitriamaulidina12@gmail.com
NABI Ibrahim merupakan putra dari tokoh pemahat patung yang sangat terkenal di zaman raja Namrudz, yaitu raja yang dikenal menyembah berhala. Sejarah hidup Nabi Ibrahim berawal dari kota Babilonia, lalu tumbuh menjadi remaja dan hijrah ke daerah Haran dekat dengan Bait Al – Maqdis.
Setelah dewasa dan cukup mampu, Nabi Ibrahim menikah dengan Sarah. Sarah merupakan wanita tercantik dan terbaik pada zamannya. Namun, Allah SWT memberikan ujian dalam pernikahan mereka yaitu belum dikaruniainya keturunan selama berpuluh – puluh tahun usia perhikahan.
Nabi Ibrahim dan Sarah sangat sedih, namun mereka terus berdoa dan berusaha untuk memperoleh keturunan. Hingga suatu ketika Sarah mendengar doa nabi Ibrahim dan ia pun haru dibuatnya. Kemudian Sarah menawarkan Nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar, yaitu seorang budak yang diberikan oleh Firaun untuk Sarah.
Sarah berkata “Hai kekasih Allah, sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini, mudah-mudahan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya. Inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya.”
BACA JUGA: Ketika Nabi Ibrahim Menjamu Tiga Malaikat
Lalu Nabi Ibrahim menerima dan menaati tawaran istri tercintanya untuk menikahi Hajar, dan dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai keturunan. Nabi Ibrahin sangat bahagia ketika memperoleh keturunan yaitu seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Di tengah kebahagiaan mereka, ternyata Sarah dilanda api cemburu.
Lalu Sarah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menjauhi Hajar dan anak mereka. Dari hari ke hari kecemburuan Sarah semakin menjadi, melihat hal tersebut kemudian Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah SWT untuk membawa Hajar dan anak mereka ke suatu lembah dekat Baitullah yang sangat kering dan tidak ada tumbuhan.
Nabi Ibrahim kemudian mendapatkan wahyu untuk pergi kembali kepada Sarah dan meninggalkan Hajar serta anak kesayangan mereka di tempat yang sangat tandus tersebut. Dengan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT dan ketaqwaan serta keimanan yang dimiliki Hajar, akhirnya Nabi Ibrahim pergi untuk melaksanakan wahyu tersebut. Nabi Ibrahim pun kembali kepada Sarah dan mereka menjalani hari – hari seperti semula dengan penuh kebahagiaan. Hingga suatu ketika turunlah kabar gembira ditengah rumah tangga mereka, yaitu Sarah dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim sangat bahagia dibuatnya, kemudian anak tersebut diberi nama Ishak.
Seiring berjalannya waktu, Ismail tumbuh menjadi anak yang shaleh, cerdas, dan berakhlak mulia berkat didikan ibunda tercinta, Hajar. Ketika Ismail beranjak besar, Nabi Ibrahim kembali diuji oleh Allah SWT. Pada suatu malam, Nabi Ibrahim bermimpi yang dalam mimpinya tersebut Ia diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Ismail. Nabi Ibrahim pun sangat sedih, bahwasannya perintah tersebut sungguh berat baginya. Ia tidak dapat membayangkan akan menyembelih putra yang telah lama dinanti – nantikannya dan saat ini sudah tumbuh besar.
Nabi Ibrahim pun menceritakan mimpinya tersebut kepada Ismail dan menanyakan pendapat dari putranya tersebut. Lalu Nabi Ibrahim terkejut ketika mendengar jawaban dari Ismail yang bersedia untuk disembelih oleh ayahnya. lagi – lagi dengan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT dan keikhlasan hati Ismail, mereka pun mempersiapkan untuk penyembelihan.
BACA JUGA: Raja Zhalim yang Ketakutan ketika Melihat Sarah, Istri Nabi Ibrahim
Namun, saat tiba waktunya Nabi Ibrahim akan menyembelih Ismail, dengan kuasa Allah SWT turunlah malaikat Jibril dan mengangkat tubuh Ismail kemudian digantikan dengan domba yang gemuk. Kemudian kejadian tersebut menjadi sejarah Qurban yang dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah, dimana umat muslim diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban berupa kambing, domba, unta ataupun sapi.
Itulah kisah ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT ketika diberikan berbagai ujian dan perintah. Maka dengan ketaatan dan kesabarannya, Nabi Ibrahim pun termasuk dalam Ulul Azmi. Dari kisah Nabi Ibrahim terdapat banyak pelajaran yang dapat kita ambil dan teladani yaitu tentang ketaatan, keihlasan, kesabaran, ketaqwaan dan keimanan. Dengan mengingat kembali kisah Nabi Ibrahim di bulan Dzulhijjah ini, semoga dapat menambah iman dan taat kita kepada Allah SWT. []