SEJARAH menyimpan catatan yang menarik tentang rumah sebagai tempat ibadah, seperti halnya masjid. Setidaknya ada3 kisah nabi terkait hal ini.
Kisah dakwah Nabi Muhammad SAW bermula
Pada awal Islam, orang-orang Muslim Mekah dianiaya berat karena keyakinan mereka. Dari dipukuli hingga dipaksa berbaring di bawah terik matahari dengan batu-batu besar di dada mereka, keselamatan Muslim membutuhkan kerahasiaan dalam dakwah.
Oleh karena itu, seorang sahabat bernama Al-Arqam bin Abi Al-Arqam menawarkan rumahnya sebagai ruang berkumpul. Pada dasarnya, ini adalah majelis pertama yang dikenal sebagai “Dar (Rumah) Al-Arqam.”
Peran Al-Arqam dalam sejarah dakwah Islam sangat besar atas kerelaannya mengorbankan rumahnya yang sederhana, demi jihad di halan Allah.
Fakta lain adalah bahwa Masjid Nabawi di Madinah melekat pada rumahnya Nabi SAW. Bahkan, ruang sholat masjid dan kamarnya hanya dipisahkan oleh tirai sederhana. Dalam beberapa langkah Rasulullah SAW dapat bangun dari tidur dan bangun untuk memimpin shalat komunitas Muslim Madinah dari masjid Nabawi.
Sering kali kita memandang masjid hampir sebagai tempat ibadah yang berbeda dari ‘sebuah rumah’. Padahal, tidak demikian. Rumah pun bisa dijadikan masjid dalam perannya sebagai tempat ibadah. Dengan mengadopsi paradigma berdasarkan sirah nabawiyah ini, Ramadhan dalam karantina di rumah-rumah pun tak mustahil untuk dijalani dengan khusyu sama seperti saat beribadah di masjid.
Kisah Maryam
Maryam dianggap sebagai salah satu wanita terbaik yang pernah ada. Apakah dia punya masjid atau komunitas untuk sholat tarawih? Apakah dia membawa makanan untuk iftar jam’i di ruang serbaguna masjid?
Tidak. Jawabnya, Maryam tinggal dalam sebuah mihrab, mengasingkan diri untuk ibadah kepada Allah. Apa yang kita ketahui tentang Maryam adalah dia memahami psikologi ruang dengan sangat baik.
Maryam sering berada di mihrabnya dan menyembah Allah dalam kesendirian. Dalam kesendiriannya, dia akan dikirim buah-buahan (yang di luar musim untuk saat itu) oleh Allah. Bahkan dalam pengasingan ini malaikat Jibreel akan mengunjunginya untuk memberikan kabar gembira tentang seorang putra.
Apa yang sebaliknya menjadi ruang netral menjadi terangkat oleh ibadah Maryam. Ruang menjadi sangat diberkati bahkan dikunjungi oleh malaikat.
Rumah kita juga bisa menjadi tempat seperti itu pada bulan Ramadhan ini.
Kisah Nabi Musa
Di kisah lain, Nabi Musa SAW memiliki keadaan yang berbeda. Orang-orang beriman pada zaman Nabi Musa hidup di bawah siksaan penindas, Firaun. Mendirikan masjid tidak akan aman bagi orang-orang beriman atau pun Nabi Musa. Jadi, Allah memerintahkan mereka untuk menjadikan rumah-rumah mereka sebagai tempat ibadah.
“Kami mengungkapkan kepada Musa dan saudaranya: ‘Rumah bangsamu di Mesir dan jadikan rumah-rumah ibadah ini; tetap berdoa; berikan kabar baik kepada orang-orang beriman!” (QS Yunus: 87).
Rumah mereka menjadi masjid pada masa itu.
Terkait menjadikan rumah atau sebuah ruangan sebagai tempat ibadah seperti masjid, ada sebuah pembahasan tentang psikologi lingkungan.
Psikologi lingkungan adalah studi tentang interaksi individu dan lingkungannya. Salah satu konsep yang menarik dalam psikologi lingkungan adalah berfokus pada fungsi ruang. Misalnya, psikolog tidak menyarankan belajar di tempat tidur. Karena, otak mengasosiasikan tempat tidur dengan fungsi tidur. Jadi, bagi banyak orang, belajar di tempat tidur akan menyebabkan salah satu dari dua reaksi bawah sadar:
1. Anda akan mengantuk karena otak Anda mengenali tempat tidur sebagai sinyal untuk tidur.
2. Pola tidur Anda akan berantakan karena fungsi tempat tidur Anda dicabut.
Sehingga, untuk memetakan peran rumah sebagai tempat ibadah, ada baiknya mempersiapkannya sebelum Ramadhan. Caranya:
1. Ini bisa dilakukan dengan membersihkan ruang, mengatur ulang furnitur, dan menciptakan ruang refleksi/ibadah khusus di rumah Anda.
2. Jika Anda memiliki anak, buatlah proyek untuk mereka. Anda bahkan dapat menggantung kalender dan menggunakannya untuk mengukur kemajuan Anda pada target-target ibadah Ramadhan seperti Quran dan zikir.
3. Anda bahkan dapat membuat area tempat duduk untuk mendengarkan banyak ceramah Islam dan pengajian langsung yang akan terjadi secara virtual.
Dalam bahasa Arab, kata untuk rumah juga merupakan kata untuk suaka: sakan. Ini berbagi akar dengan kata untuk ketenangan, sakinah. Ini bukan kebetulan. Allah bermaksud agar rumah kita menjadi tempat suci dan tempat ketenangan kita.
Masjid juga melayani dua tujuan itu. Jadi Ramadhan ini, jangan berkecil hati. Sebaliknya, ketahuilah bahwa potensi sakinah sudah ada di rumah Anda. Tugas Anda adalah untuk secara sengaja mengeluarkannya melalui bacaan, dzikir, doa, dan shalat. []
SUMBER: ABOUT ISLAM