Oleh: Yuyun Rumiwati
yuyunrumiwati@gmail.com
MASIH belum kering kesedihan umat atas berpulangnya Gus Sholahudin Wahid, sang pelita yang dicintainya. Beliau satu dari ulama’ penerang umat. Dari kefakihannya umat tertunjuki jalan terang. Dari ketulusannya umat mendapatkan cinta dan sayang di tengah gulita zaman. Dari petuah yang penuh keyakinan, umat menemukan harapan dan jalan kemenangan yang dijanjikan rabb-Nya.
Keyakinan dalam memegang idealisme Islam umat menemukan keteguhan sosok beliau. Tidak terjebak pragmatis dan kepentingan dunia yang sesat.
Pandangan jernih beliau dalam memandang hari yang pasti yaitu “kematian”, memastikan tiap langkahnya tak menghalalkan segala cara. Benar, jika yang diucapkan Cak Nun beliau bukan ulama’ yang terbeli.
Kepentingan agama, umat menjadi prioritas dalam kehidupannya. Hingga hati nuraninya menunjuknya untuk siap mengorbankan kepentingan pribadinya demi yang terbaik untuk organisasinya. Bukan, memanfaatkan agama, umat dan organisasinya untuk kepentingan pribadi dan dunianya.
Sungguh, beliau telah meninggalkan pesan berharga bagi kita. Iya, kita generasi Islam dan pejuang Islam. Bagaimana seharusnya bersikap. Bagaimana seharusnya berukhuwah dengan sesama saudara muslim walau berbeda ormas.
Beliau, telah pergi. Dan beliau telah menemukan tempat terbaik bersama Rabb yang dicintainya. Lalu, bagaimana kita, akankah kita menjadi pengganti generasi dan estafet perjuangan umat sehanif beliau. Atau justru sebaliknya, Semua dalam jangkauan pilihan kita. Dan tiap pilihan ada konsekuensi dan pertanggungjawabannya.
Semoga Allah menjaga kita di jalan-Nya. Hingga Husnul khatimah Allah anugerah untuk kita. Aamiin. []
Surabaya, 6/2/2020
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word