Oleh: Dwi P. Sugiarti
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban
SAAT ini banyak kita dapati orang-orang yang kurang memiliki empati. Jangankan yang baru saling mengenal, terkadang yang sudah lama kenal saja nyatanya tak muncul kepekaan diantara mereka. Padahal seorang muslim yang beriman memiliki seorang teladan yang mulia. Dialah Rasulullah SAW. Rasulullah telah memberikan gambaran bagaimana seharusnya kita bersikap serta berusaha menanamkan rasa empati terhadap sesama. Inilah salah satu kisah yang dimana kita belajar rasa empati kepada yang lain.
Kisah ini diambil dari kisah Abu Hurairah dan satu bejana susu. Abu hurairah adalah orang yang dipercaya dari kalangan Ahlu Suffah karena kefaqihannya. Sedangkan Ahlu Suffah adalah orang-orang yang bukan berasal dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Mereka tinggal di serambi masjid karena tak memiliki tempat tinggal dan mereka sering merasakan kelaparan.
BACA JUGA: Kala Abu Hurairah Bercakap-cakap dengan Setan
Suatu hari, Abu Hurairah pernah merasakan kelaparan yang sangat menusuk hingga membuatnya harus mengikatkan batu di perutnya. Demi mendapatkan makanan Abu Hurairah duduk di jalan yang biasa dilewati oleh para sahabat. Tak lama berselang lewatlah sahabat yang mulia Abu Bakar Radhiallahu Anhu di hadapan Abu Hurairah, maka ia langsung menghampiri abu Bakar bertanya-tanya masalah agama, namun dalam hatinya sebenarnya ia berharap agar diundang untuk makan. Ternyata hal tersebut tak sesuai harapannya hingga akhirnya Abu bakar berlalu. Tak berapa lama lewatlah al Faruq, Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu dan Abu Hurairah melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan pada Abu Bakar. Namun harapannya untuk diundang makan harus pupus dan Umarpun pergi meninggalkannnya. Kedua sahabat yang mulia itu tidak mengetahui maksud dari Abu Hurairah.
Hingga akhirnya datanglah manusia paling mulia, dialah rasulullah SAW menghampiri Abu Hurairah, lihatlah bagaimana rasulullah memberikan gambaran kita. Melihat Abu Hurairah sedang duduk-duk di jalan, Rasulullah mengatahui bahwa sahabatnya itu sedang kelaparan lalu Rasulullah memanggil Abu Hurairah untuk datang ke rumahnya. Ternyata didapati di dalam Rumah beliau ada satu bejana susu.
Kemudian Rasulullah berkata, ”Abu Hurairah panggillah para ahlu suffah.”
Mendengar perintah tersebut Abu Hurairah pergi memanggil ahlu suffah sambil berkata dalam hatinya, ”kenapa saya tidak dikasih minum dulu? Jika telah datang ahlu suffah akan habis susu itu. Tapi biarlah kelaparanku ini tak menghalangiku untuk taat kepada Alllah dan RasulNya.”
Hingga datanglah Ahlu Suffah dengan perasaan senang menyambut panggilan, begitu mereka duduk Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa sallam memerintahkan Abu Hurairah untuk menuangkan kepada setiap ahlu suffah susu tersebut hingga mereka kenyang. Hingga tak tersisa lagi yang kelaparan kecuali Abu hurairah dan Rasulullah. Kemudian rasulullah senyum sambil melihat bejana susu lalu melihat kepada Abu Hurairah yang kelaparan.
“Wahai Abu Hurairah tinggal aku dan kamu.”
Abu Hurairah menjawab, “benar wahai Rasulullah.”
Rasulullah berkata, “Minumlah”
Abu Hurairah langsung meminumnya dan berkata, “tidaklah rasulullah memerintahkanku untuk terus meminum susu tersebut samai aku tidak mendapatkan ruang kosong dalam lambungku, setelah aku kenyang barulah rasulullah meminum susunya.“ (HR. Muslim)
BACA JUGA: Kisah Abu Hurairah Mendakwahi Ibunya
Sungguh Rasulullah adalah gambaran manusia terbaik bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang lain. Ia memberikan contoh pentingnya menanamkan kepekaan dan kepedulian diantara sesama. Bukan berapa banyak amal yang kita kumpulkan untuk bekal di hari akhir tapi seberapa besar mabfaat yang bisa kita berikan kepada manusia lain.
Menjadi catatan bagi kita yang Allah telah berikan predikat umat terbaik yang dengannya kita memliki kewajiban berdakwah. sebab terkadang kita merasa telah melakukan kebaikan yang besar ketika sudah berdakwah menyampaiakan kebenaran islam. Namun tak sedikit diantara kita mengabaikan kebaikan yang lain. salah satunya adalah menanamkan rasa empati terhadap sesama. Selayaknya kita menanamkan dalam diri kita rasa empati yang besar sebab bisa jadi itu adalah cara kita mendakwahkan islam. Wallahu’alam. []