Oleh: Lilik Yani
BELAJAR dari kisah perjalanan ibadah haji. Sungguh banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik. Pelajaran berharga dari keluarga Nabi Ibrahim as yang bisa kita teladani, bahkan hingga akhir zaman.
Bersyukurlah bagi kalian yang sudah diijinkan Allah swt untuk menjalankan serangkaian ibadah haji di tanah suci. Semoga gemetarnya hati karena dekat baitullah, dan merasakan Allah sangat dekat. Jaga terus rasa indah itu, walaupun kalian sudah kembali ke tanah air.
Saudara muslimku, bawa terus rasa dekat itu. Karena hakekatnya, Allah yang di baitullah sama saja dengan Allah yang di sini. Karena Allahu Ahad. Allah hanya satu. Jadi walau kalian sudah tiba di negeri masing-masing, kalian masih bersama Allah.
Terapkan hikmah yang kalian dapat di tanah suci untuk diterapkan di mana pun kalian berada. Semoga kehadiran kalian membawa perubahan diri, keluarga dan lingkungan kalian.
Sejarah Sa’i Bunda Siti Hajar
Baik, kali ini saya mau mengambil pelajaran dari rukun haji Sa’i. Lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa sebanyak 7 kali.
BACA JUGA: Ketika Tuhan Menagih Nazar Nabi Ibrahim As
Teringat bagaimana dulu bunda Siti Hajar dan bayi Ismail kehausan di tanah gersang. Tidak ada satupun orang yang bisa ditemui. Tak ada sedikit pun sumber mata air. Tetapi bunda Hajar yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.
Walaupun keyakinan total kepada Allah, bukan berarti bunda Hajar diam seribu bahasa ketika bayinya merengek kehausan. Naluri seorang ibu akan segera bangkit berdiri, berlari ke sana kemari mencari sumber mata air. Dilihatnya di bukit Shafa ada sumber mata air, ternyata setelah didatangi tidak ada. Kemudian lari menuju bukit Marwa, ternyata tidak ada sumber mata air juga.
Pertolongan Allah Sangat Dekat
Beliau berlari-lari dengan penuh berharap akan pertolongan Allah. Bolak balik antara bukit Shafa dan Marwa hingga 7 kali. Kemudian beliau beristirahat. Sambil terus memohon pertolongan Allah. Hingga akhirnya Allah menurunkan kasih sayangnya. Ada sumber mata air di dekat bayi Ismail berada.
Subhanallah, pertolongan Allah begitu dekat. Rezki Allah tidak selalu didapat dari hasil bekerja. Buktinya saat bunda Hajar berlari-lari dari bukit Shafa ke Marwa hingga 7 kali, beliau tidak mendapatkan sumber mata air.
Tetapi pada saat beliau sudah berjuang maksimal, kemudian berserah diri kepada Allah, maka Allah turunkan rezki (mata air) itu.
Kemudian bunda Hajar minum air yang dikumpulkan dari mata air itu dan bisa menyusui bayi Ismail. Air tersebut dikenal dengan nama air zam-zam. Dimana sumber air tersebut hingga sekarang tidak pernah kering, bahkan jumlahnya melimpah ruah walau diminum oleh seluruh jamaah haji yang hadir ke tanah suci. Subhanallah.
Pelajaran dari Sa’i Bunda Siti Hajar
Pelajaran yang bisa kita petik, jadikan sa’i itu dalam setiap aktivitas sehari-hari. Bekerja mencari nafkah, menjemput rezki dari Allah. Berjuang dengan penuh semangat, tanpa ada rasa putus asa. Tanamkan di hati, Allah tidak mungkin mendzalimi hamba-Nya. Maka teruslah berharap pertolongan Allah. Sebagaimana bunda Siti Hajar yang berlari bolak balik tanpa kenal lelah dan putus asa.
Diantara kita, ada yang bekerja di kantor atau perusahaan. Ada yang menjadi guru yang mengajar di sekolah, mulai TK, SD, SMP, SMA, hingga Universitas. Ada yang berjualan di pasar, ada yang menjadi petani, nelayan, dan segala aktivitas lainnya.
Jadikan semangat sa’i bunda Hajar, mengiringi setiap langkah kita. Berangkat pagi, pulang sore. Menjemput rezki yang sudah dipersiapkan Allah. Niatkan untuk beribadah, mengamalkan ilmu yang kita miliki, bersosialisasi dengan sesama saudara, bisa saling menasehati dalam kebaikan. Hingga yang didapat bukan sekedar materi tapi juga pahala dari amal sholeh yang kita lakukan.
Saya pribadi, bekerja sebagai staf karyawan di dunia pendidikan. Berangkat pagi dari rumah, menuju kantor, pulang sore hari. Dan itu berulang setiap hari. Ibarat bunda Hajar yang berlari-lari dari bukit Shafa dan Marwa.
Niatnya menjemput rezki yang sudah disiapkan Allah. Setiap bulan kami mendapat gaji. Apakah gaji itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga? Masalah cukup atau tidak, itu bukan karena jumlah gaji yang didapat. Tetapi yang mencukupi adalah Allah Sang Khaliq.
BACA JUGA: Hikmah Napak Tilas Perjalanan Keluarga Nabi Ibrahim as
Bekerja itu sebagai bentuk ikhtiar. Tetapi rezki tidak selalu didapat dari tempat kita bekerja. Bisa saja kita hanya mendapat gaji kecil dari pemilik perusahaan. Tetapi Allah yang Maha Kaya, akan mencukupi kita dengan rezki yang tidak disangka-sangka. Yang penting kita beriman kepada Allah.
“Dan Dia memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (TQS At Talaq : 3)
Maka dari itu saudaraku, agar Allah memberkahi ketika kita bekerja, mari kita niatkan aktivitas kita sebagai ibadah. Hingga rezki yang kita dapatkan berkah, tenaga dan waktu yang kita berikan juga berkah. Ada nilai positip dari interaksi kita dengan kawan-kawan, murid-murid, juga para pimpinan. Kita semua bersaudara, sesama makhluk Allah mari saling menasehati dan menjaga kerukunan. Hingga Allah Ridlo dengan apa yang kita lakukan.
Jika niat kita baik, apa yang kita lakukan juga demi kebaikan dan manfaat bagi orang lain. In syaa Allah rezki yang akan kita dapatkan juga baik, penuh berkah sebagaimana berkahnya air zamzam yang selalu memberikan kebaikan buat semua orang. Insyaa Allah. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.