Oleh: drg. Anne Adzkia Andriani
BELAJAR menjadi muslim yang baik, start-nya bisa kapan aja. Sesegera mungkin, tentu yang utama. Ada yang sudah terbiasa sejak kecil, ada yang baru tersentuh hidayah ketika dewasa, bahkan usia tua.
Belajar menjadi muslim yang baik, ada yang memulainya sedikit-sedikit sesuai kemampuan. Ada yang sekaligus berhijrah secara kaffah. Yang pasti, niatnya selalu diperbarui, jalannya penuh kehati-hatian, goalnya mencari ridha Allah.
Belajar menjadi muslim yang baik, kadangkala masih tersandung. Sudah berusaha menjaga hartanya halal, eeh ternyata masih punya riba. Sudah menjaga makanan yang halal, eeh lidah keselimpet bicara dusta. Semuanya berproses, diperbaiki dengan amal shalih, dibersihkan dengan istighfar.
Belajar jadi muslim yang baik, tidak mengenal kata selesai. Kalau sekarang hijabnya sudah tertutup dari atas hingga mata kaki, sempurnakan dengan menutupnya dengan kaos kaki. Sekarang shalatnya sudah full 5 waktu, sempurnakan dengan jamaah ke masjid. Terus berusaha tanpa mengenal lelah.
Belajar jadi muslim yang baik, tidak berputus asa dari rahmat Allah. Beramar ma’ruf nahi munkar adalah bahagiannya. Kadang masih disebut sok suci. Tak mengapa. Kita sedang mengharap ridha Allah, bukan puja-puji manusia.
Belajar jadi muslim yang baik, tidak mudah. Namun juga tidak sulit. Jadi jangan dipersulit. Yang penting istiqomah dengan yang sedikit, daripada mengerjakan yang besar tapi hanya sekali-sekali.
Belajar jadi muslim yang baik, lakukan berjamaah. Bersama keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar. Sejatinya, kita bagaikan anak kambing yang tersesat kala sendiri, yang lebih mudah terancam serigala. Temukan lingkungan yang kondusif, agar terus ada yang menjaga.
Belajar jadi muslim yang baik, senantiasa berpegang teguh pada tali agama Allah yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Agamamu mungkin warisan dari leluhurmu, some people might say that. Tapi keimananmu tak bisa didapat dari warisan. Keimananmu adalah hidayah yang tak tergantikan oleh dunia dan seisinya.
Belajar jadi muslim yang baik, punya cita-cita yang sama. Menjaga dunia dan alam raya serta menjadi mulia tatkala habis saatnya. Sehingga tercukupkan bekal kita saat menghadap Allah Sang Pencipta. []
Tangerang, 23 Sya’ban 1438 H, ketika menanti Ramadhan yang dirindukan