MARAH dan emosi adalah tabiat manusia. Oleh karena itu, agama memerintahkan kita untuk mengendalikan kemarahan itu, agar tak sampai menimbulkan dampak negatif.
Al-Khaththabi menafsirkan ucapan Rasulullah SAW pada salah seorang sahabat,
“Janganlah marah dan bagimu surga.” (HR. Al-Thabrani)
BACA JUGA: 9 Cara Meredam Amarah
Dalam sebuah studi psikologi, dikatakan perempuan merupakan makhluk yang memiliki sensitifitas perasaan yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Maka tak heran jika perempuan terkadang suka merajuk dan ngambek jika sedang marah.
Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menceritakan, jika Aisyah Ra sedang marah, Rasulullah SAW akan memegang hidungnya seraya berkata, “Wahai Uwaisy (panggilan sayang Nabi bagi Aisyah, yang bersifat menggodanya, bukan pujian), bacalah doa ini:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ اَللّٰهُمَّ رَبَّ مُحَمَّدٍ اغْفِرْلِىْ ذَنْبِىْ وَاذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِىْ وَاَجِرْنِىْ مِنْ مُضِلاَّتِ اْلفِتَنِ
Allahumma rabba muhammadin ighfirli dzambi wadzhib ghoidzho qolbi wa ajirni min mudhillatil fitan
“Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku dan selamatkanlah aku dari kesesatan fitnah.” (HR. Ibn Sunni)
Imam Ghazali lalu menerangkan, jika setelah membaca doa tersebut, segeralah duduk jika sedang berdiri atau berbaring jika sedang dalam posisi duduk,
“Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).
Kemudian berwudhulah jika amarah Anda masih belum juga reda. Rasulullah bersabda, “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah.” (HR. Abu Dawud).
Selain doa di atas, bisa juga melantunkan ta’awudz (a’udzu billahi minasy syaithaanir rajim) atau istighfar (astaghfirullahal adziim) sebagaimana Rasulullah SAW jelaskan dalam riwayat lainnya.
BACA JUGA: 5 Cara Jitu Meredam Amarah ala Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim). []