Oleh: Fatimah Azzahra
Penulis tinggal di Bandung
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. Laa ilaaha illallah huwallah hu akbar.. Allahu akbar walillahil hamd..
Gema takbir riuh rendah meramaikan hari Raya Idul Adha atau hari Raya Qurban. Setiap menjumpai hari Raya Qurban, kita selalu diingatkan tentang kisah teladan Nabi Ibrahim dan Ismail. Kisah yang diabadikan dalam Al Quran agar bisa menjadi teladan bagi manusia hingga akhir zaman.
Nabi Ibrahim yang mendamba keturunan, setelah menanti dalam waktu yang tak sebentar akhirnya Allah karuniakan keturunan dari rahim Siti Hajar. Ismaillah ia diberi nama.
Setelah beranjak besar, Nabi Ibrahim diberikan ujian oleh Allah. Allah perintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail, Putra yang ia tunggu bertahun-tahun kedatangannya. Sebagai seorang ayah, tentu hal ini tak mudah bagi Nabi Ibrahim. Namun hal itu tak menghalangi Nabi Ibrahim AS untuk melaksanakan perintah Allah tersebut.
Nabi Ibrahim pun tidak serta merta menyembelih Ismail, beliau as menanyakan pendapat Ismail tentang mimpi dan perintah Allah tersebut.
Dengan ketakwaan yang mendalam pada diri sang anak, Ismail as pun mempersilahkan ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah. Walau nyawa yang harus ia korbankan. Allah Maha Melihat, Maha Adil, dengan kebesarannya, Allah ganti Nabi Ismail dengan hewan ketika akan disembelih oleh Ibrahim.
Belajar dari Ibrahim
Belajar takwa kepada Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah
Ya, sepanjang hidup kita, kita harus belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Betapa ketakwaan terbukti dari tingkah lakunya. Agama yang tak hanya sebatas status saja. Atau sebatas ucapan manis bibir. Apa yang Allah perintahkan, walaupun dalam pandangan manusia itu berat dan tak masuk akal, tetap harus diusahakan dan dilaksanakan.
Dan percayalah bahwa Allah tidak buta atau tuli. Allah melihat apa yang kita lakukan, Ia melihat usaha kita. Allah pun tidak tuli, Ia mendengar semua doa kita. Terbukti pada kisah nabi Ibrahim dan Ismail as, Allah tunjukkan kekuasaannya dengan mengganti sembelihan, Ismail dengan seekor domba.
Sudah hal yang lumrah bagi kita untuk melaksanakan perintah Allah swt baik itu ringan atau berat menurut pandangan manusia. Mulai dari mengerjakan kewajiban, yang sunnah, juga menjauhi dan meninggalkan yang makruh dan haram. Baik itu sholat, puasa, zakat, haji, berkurban, sedekah, hingga memutuskan perkara dengan hukum Allah. Itulah wujud ketakwaan kita pada Allah. Dan percayalah bahwa Allah akan membalas semua perbuatan kita, baik itu di dunia atau di akhirat.
Mari tunjukkan ketakwaan kita. Mari qurbankan ‘Ismail’ kita. Wallahu’alam bish shawab. []