ABU Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu adalah orang yang wara’ dan zuhud terhadap dunia sampai-sampai ketika ia menjadi khalifah, ia pun tetap pergi bekerja mencari nafkah. Umar bin Khattab pun Radhiallahu’anhu melarangnya dan menganjurkan ia untuk mengambil upah dari baitul maal, menimbang betapa beratnya tugas seorang khalifah. Tapi Abu Bakar tidak melakukannya.
Dikisahkan pula dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:
“Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata, ‘Apakah Anda tahu dari mana makanan ini?’
Abu Bakar bertanya, ‘Dari mana?’ Ia menjawab, ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang Anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan,” (HR. Bukhari).
Masyaallah, lihatlah betapa Abu Bakar sangat berhati-hati dalam menjaga dirinya dari barang yang diharamkan. Walaupun atas ketidaksengajaan. Tapi begitulah Abu Bakar dalam mewujudkan imannya. Ia tidak akan pernah mengijinkan barang-barang haram untuk tinggal di dalam dirinya.[]