IRAK—Wakil Ketua Pertama Parlemen Irak, Hassan Karim al-Kaabi telah meminta keterangan dari para pejabat Irak yang diduga pergi ke Israel. Sebab bagi mereka Negeri Zionis digolongkan sebagai penjajah lantaran menyangkut wilayah Palestina.
“Pergi ke wilayah penjajahan adalah suatu tindakan kelewat batas dan itu merupakan masalah yang sangat peka untuk semua kaum Muslim,” kata Kaabi, Senin (7/1/2019).
BACA JUGA: Irak Dilanda Banjir, 18 Tewas dan 180 Luka-luka
Kabar itu muncul setelah Kementerian Luar Negeri Israel mengirim tiga rombongan pemerintah Irak telah mengunjungi Israel pada 2018 lalu. Detail kunjungan mereka juga tak lama berkunjung di media lokal Israel.
Meski menyebut nama-nama para pejabat Irak, melalui Twitter, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan 15 pejabat itu mewakili tokoh-tokoh Sunni dan Syiah yang terlibat di Irak.
Kemlu Israel juga membicarakan para perwakilan Irak itu juga mengundang pejabat dan mengunjungi universitas Israel, termasuk monumen Holocaust di Yerusalem.
Seorang juru bicara monumen Holocaust menuturkan rombongan warga Irak yang mengunjungi situs itu akhir Desember 2018.
Dia menuturkan tak bisa memberikan rincian tentang identitas dan jabatan tokoh-tokoh Irak tersebut. Stasiun telebisi swasta Israel, Hadashot, menyebut para pemimpin Irak sebagai pemimpin lokal.
Meskipun mengklaim tidak melakukan kunjungan resmi ke Israel, para pejabat Irak itu disebut ingin tetap merahasiakan lawatan mereka ke negara Zionis tersebut.
BACA JUGA: UNICEF: 80% Anak-anak Irak jadi Korban Kekerasan
Irak menerima Israel sebagai negara solidaritas Muslim melawan perjuangan kemerdekaan Palestina. Mereka bahkan secara teknis masih berada di lingkungan berperang dengan Israel.
Komunitas warga Yahudi dari Irak yang tinggal di Israel telah lama meminta normalisasi hubungan antara kedua negara. Namun, hal itu tetap menjadi masalah sensitif setelah Israel mendukung referendum kemerdekaan Kurdistan pada akhir 2017 lalu yang memicu amarah pemerintah Irak. []
SUMBER: CNN