MITOS ini bisa jadi masih menyebar di kalangan masyarakat dan juga dipercaya oleh sebagian orangtua. Parahnya, beberapa orangtua sengaja membuat anaknya menangis agar bisa kuatkan paru-paru. Benarkah?
Menurut William Sears, M. D., jawabannya adalah ‘tidak’. Selain berakibat buruk pada bayi, membiarkan bayi terus menangis juga membuat mama melawan intuisi dasar yang ia miliki untuk segera merespon tangis.
Jika dibiarkan, lama kelamaan mama bisa menjadi tidak peka terhadap ‘bahasa’ yang diberikan oleh bayinya.
BACA JUGA: Repot Mengurus Bayi, Bolehkah Menjamak Shalat?
Ketika bayi menangis, secara biologis tangisan itu akan mempengaruhi tubuh mama dan menimbulkan emosi yang sangat kuat untuk segera bertindak. Secara naluriah, mama akan bergegas mencari tahu apa yang terjadi, atau apa yang dibutuhkan bayinya.
Sesuatu yang alamiah ini sebaiknya tidak diabaikan, karena itu sama artinya dengan mengabaikan kebutuhan anak. Jangan heran jika suatu saat nanti mama justru akan terpaksa menghadapi ‘pemberontakan’ anak akibat perasaan tidak dipedulikan. Pemberontakan yang dilakukan anak bisa muncul dalam berbagai bentuk, lho, Ma.
Lalu bagaimana? “Sebaiknya, dengarkanlah suara hati Anda,” saran Dr. Sears.
BACA JUGA: Manfaat Brokoli untuk Bayi dan Cara Mengolahnya
Bila Anda merasa perlu bergegas menanggapi tangisan bayi karena ia memang membutuhkan sesuatu yang mendesak, lakukan segera! Sebaliknya, Anda boleh menunda sebentar ‘panggilan’ si kecil jika Anda tahu sebenarnya ia baik-baik saja.
Yang penting, tak perlu panik atau bereaksi berlebihan ketika bayi menangis. Tanggapi dengan tenang, kemudian dekap dan ayun dia dengan penuh kasih sayang. Biasanya cara ini akan membuat bayi cepat tenang, karena ia dapat merasakan tidak ada sesuatu yang perlu ia khawatirkan. []
Sumber: Parenting