UNTUK mengenal Iblis, mungkin kita bisa memulai dari penelusuran kisahnya dalam Al-Quran. Kata Iblis, terulang 11 kali dalam Al-Quran yang hampir semuanya berkenaan dengan tidak mau sujud kepada Adam. Kecuali dalam Surah Al-Syu ‘arâ (26) ayat 95 dan Saba ’ (34) ayat 20.
Sepertinya Al-Quran menggunakan kata Iblis hanya pada saat Iblis itu sendiri yang berbuat dalam kehadirannya yang secara langsung. Namun, menggunakan kata syaithân untuk Iblis pada saat Iblis berkedok sosok lain, atau menggunakan makhluk lain, seperti halnya berbicara melalui ular pada saat menggoda Adam dan Hawa untuk makan buah khuldi. Yakni pada situasi-situasi ketika yang diajak bicara atau yang sedang hendak ditipunya tidak mengetahui bahwa ada Iblis di balik layar.
BACA JUGA: Iblis: Ingatlah Kepadaku ketika Engkau Ada dalam 3 Hal, Maka Aku tidak akan Mencelakakanmu
Dalam literatur Islam jelas bahwa kata Iblis hanyalah merujuk pada satu sosok jin yang didominasi unsur api dan telah berubah wujud karena kutukan yang disebabkan keangkuhan, kedurhakaan, kedengkian, yang terbongkar kala dia tidak mematuhi perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam dan bersumpah untuk mencelakakan keturunan manusia sebanyak mungkin.
Tentu panggilan Iblis bukanlah nama aslinya. Riwayat mengatakan bahwa Iblis dahulunya, sebelum dia membangkang, termasuk segolongan malaikat penghuni bumi yang bernama Azazel. Dia termasuk malaikat yang paling bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan paling berpengetahuan. Namun ketika membangkang terhadap Allah Swt., dia pun terkutuk dan menjadi setan yang dinamakan Iblis dan tergolong kafir terhadap Allah. Namun menurut Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiya, riwayat yang mengatakan Iblis golongan malaikat tidak benar. Karena Iblis dan Malaikat diciptakan dari materi yang berbeda, maka bagaimana mungkin keduanya dari golongan yang sama.
Iblis diberi nama Iblis adalah karena dia ablasa (putus asa) dari rahmat Allah. Sesuai riwayat dari Al-Ridha ra. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa pada mulanya nama Iblis adalah Alharits, kemudian Allah memanggilnya “Ya Iblis,” yakni wahai pembangkang, saat dia tidak mau bersegera sujud kepada Nabi Adam As.
Ibnu Jauzi dalam kitab Talbisul Iblis menjelaskan kata ablasa juga mengandung arti thurida yang dibuang, dicampakkan dan dihalau. Karenanya, sebagian ulama menyebutkan bahwa Iblis merupakan al-mathrud min rahmatillah, yaitu makhluk yang dicampakkan, dibuang dan dihalau dari rahmat Allah Swt.
Dinyatakan juga bahwa namanya diambil dari kata al-iblâs yang maknanya adalah kesedihan luar biasa yang diakibatkan oleh keputusasaan berat. Menurut Al-Mabidi, al-iblas bermakna al-yaais artinya yang putus asa, merujuk kepada Iblis yang putus ada dari rahmat Allah Swt.
Al-iblâs juga disebut dalam Al-Quran ketika berbicara tentang keadaan yang dialami para pendosa saat datangnya Hari Kiamat: Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam terputus asa (QS Al-Rûm [30]: 12).
BACA JUGA: Hai Iblis! Siapa Sajakah Musuhmu dari Umatku?
Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad Saw. menjelaskan, “…. Namanya adalah Alharits, panggilannya adalah Abu Murrah dan sesungguhnya Allah menamakannya Iblis karena dia terputus dari segala kebaikan sejak hari (tidak mau sujud kepada) Adam.”
Dari macam-macam sebab penamaan Iblis tersebut, dan masih banyak lagi dalam berbagai macam riwayat yang terlihat cukup berlainan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa semuanya berkaitan dengan rasa putus asa, kesedihan, dendam, kejahatan, dan rasa dengki yang selalu mengintainya sehingga dia selalu ingin mengajak dan menjerumuskan manusia supaya senasib dengannya. []
SUMBER: BINCANG SYARIAH