IMAM Asy-Syafi’i –rahimahullah- (w. 204 H) berkata:
وَيَخْطُبُ الْإِمَامُ عَلَى مِنْبَرٍ وَعَلَى بِنَاءٍ وَتُرَابٍ مُرْتَفِعٍ وَعَلَى الْأَرْضِ وَعَلَى رَاحِلَتِهِ كُلُّ ذَلِكَ وَاسِعٌ.( الأم للشافعي : 1/273 )
“Seorang imam (dibolehkan) untuk berkhutbah di atas mimbar, di atas bangunan, di atas tanah yang tinggi, di atas tanah (tanpa mimbar atau yang semisalnya), dan di atas ontanya. Semua ini ada keluasan (boleh).
BACA JUGA: Adakah Amalan Khusus yang Disyariatkan untuk Sambut Ramadhan?
Saya (Abdullah Al-Jirani) berkata:
Mimbar hanyalah alat untuk tempat berdiri ketika khutbah. Ia termasuk masalah duniawi. Oleh karena itu, hukum asalnya boleh sebagaimana dinyatakan oleh Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah-. Barang siapa yang membid’ahkan atau mengharamkan, maka dia telah mengeluarkannya dari hukum asal sehingga dituntut untuk mendatangkan keterangan atau dalil.