KEMATIAN, adalah pemisah dari dunia kehidupan, jika seandainya orang yang sudah meninggal tidak mampu mendengar dan melihat, kenapa Rasulullah menyuruh kita mengucapkan salam ketika memasuki area perkuburan?
Alam kubur termasuk alam ghaib. Sehingga tidak ada cara untuk mengetahuinya kecuali melalui dalil Al-Quran dan hadis.
Ketika kita diperintahkan untuk ziarah kubur, agar lebih mudah mengingat kematian, memberi salam dan mendoakan si mayit. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan ketika aku ziarah kubur?’
Ucapkanlah, “Assalamu alaikum wahai penghuni kubur, dari kalangan mukmini dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal dan yang masih hidup. Dan insyaaAllah kami akan menyusul kalian,” (HR. Muslim 2301).
Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memberi salam kepada penghuni kubur. Dan beliau tidak menyebutkan, apakah mereka mendengar salam itu ataukah tidak.
Kemudian, ada satu riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila ada seseorang yang melewati kuburan saudaranya sesama mukmin yang dia kenal di dunia, lalu dia memberi salam, maka saudaranya akan akan menjawab salamnya.
Status Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar (1/185) dari jalur Ubaid bin Muhammad, dari Fatimah bintu Rayyan, dari Rabi’ bin Sulaiman – muridnya imam as-Syafi’I, dari Bisyr bin Bukair, dari al-Auza’I, dari Atha’, dari Ubaid bin Umair, dari Ibnu Abbas.
Hadis ini juga dibawakan Syaikhul Islam, dan beliau mengatakan
Ibnul Mubarok mengatakan, “Hadis ini shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dishahihkan Abdul Haq, penulis kitab al-Ahkam,” (Majmu’ Fatawa, 24/331).
Hadis ini juga dishahihkan al-Hafidz Abdul Haq al-Isybili, al-Qurthubi dalam al-Mufhim (1/500), al-Iraqi dalam Takhrij Ihya Ulumiddin (4/491), demikian pula as-Syaukani dalam Nailul Authar (3/304).
Disamping itu, para ulama juga menegaskan bahwa mayit bisa mengetahui orang yang dia kenal ketika menziarahinya.
[1] Keterangan Ibnul Qoyim mengatakan,
Para salaf dan ulama sepakat tentang ini, dan terdapat banyak riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya. (ar-Ruh, hlm. 5)
[2] Keterangan Ibnu Katsir,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mensyariatkan kepada umatnya ketika mereka memberi salam kepada penghuni kubur, agar disampaikan seperti menyampaikan kepada orang yang ada di depannya. ‘Assalamu alaikum, wahai penghuni kampung kaum mukminin”
sementara panggilan semacam ini hanya bisa diarahkan kepada orang yang bisa mendengar dan berakal. Andai bukan seperti ini panggilannya, tentu statusnya seperti memanggil sosok yang tidak ada atau benda mati. Dan para ulama salaf sepakat hal ini. Terdapat banyak riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/325).
Jangan Meminta Ahli Kubur
Orang yang telah mati, mereka tidak lagi bisa beramal. Sehingga mereka sama sekali tidak bisa membantu orang lain. Jutru mereka butuh amal, butuh ampunan Allah, dan butuh bantuan doa dari mereka yang hidup. Bukan sebaliknya.
Allah mencela orang-orang musyrik yang berdoa, memohon kepada ruh orang soleh. Allah berfirman,
“Tuhan-tuhan yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. Itu semua benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan,” (QS. an-Nahl: 20-21).
Orang yang telah dikubur, mereka membutuhkan doa, membutuhkan tambahan amal. Sehingga sangat mengherankan jika dia dimintai doa, apalagi datang ke kuburan untuk curhat masalah dunianya. Allahu a’lam. []
Sumber: Konsultasi syariah