Oleh: Muhammad Yuan Yusuf
Penulis asal Padang, blogger Motivasi Islami
TIDAK akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari Kiamat nanti dari sisi Rabb-nya sampai ditanya tentang lima perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan, (2) tentang masa mudanya untuk apa dia gunakan, (3) tentang hartanya dari mana dia dapatkan, dan (4) untuk apa dia belanjakan, (5) tentang apa yang dia amalkan setelah mengetahui ilmunya. (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah hadis no. 946)
Waktu adalah kesempatan untuk memakmurkan akhirat dan membangun kebahagiaan, atau sebaliknya waktu dapat digunakan untuk menghancurkan akhirat dan kesengsaraan yang panjang, karena mulianya waktu maka Allah bersumpah dengan bagian-bagiannya, bahkan Allah bersumpah dengan waktu semuanya; malam juga siangnya.
BACA JUGA: Do’a ketika Shalat, Kapan Waktunya?
Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: dua nikmat yang tertipu pada keduanya—yaitu: lalai pada keduanya—banyak dari manusia: kesehatan dan waktu luang. (HR. Bukhari), Ibnu Batthol—semoga Allah merahmatinya—berkata: “Yang diberi taufik untuknya. Yaitu: untuk memanfaatkan nikmat kesehatan dan waktu luang sangat sedikit.” Ibnu Qoyyim—semoga Allah merahmatinya—berkata:
“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian; karena menyia-nyiakan waktu memutuskan seseorang dari Allah dan hari akhirat, sedangkan kematian hanyalah memutuskan seseorang dari dunia dan penduduknya.”
Dan barang siapa yang menyia-nyiakan waktunya maka ia akan menyesali setiap detik darinya, dan siapa yang berlalu darinya sehari dari umurnya tanpa ada hak yang ia tunaikan, dan kewajiban yang ia laksanakan, atau ilmu yang ia dapatkan berarti ia telah durhaka terhadap harinya dan ia telah menyia-nyiakan umurnya. (Lihat: Syekh Abdul Muhsin Al-Qasim. Manfaatkan Waktu Anda Sebaik-baiknya. Khutbah Jumat Masjid Nabawi tgl. 13-06-2014 M/15-08-1435 H. firanda.com)
Bagaimana mungkin kita memiliki waktu untuk musik, games, menonton (atau pergi ke tempat) hal-hal yang berbau dosa atau acara yang sebenarnya tidak ada manfaatnya, dan perkara-perkara buruk, haram, tidak bermanfaat lainnya, sementara Al-Qur’an itu ada 30 juz, hadis atau sunnah itu sangat banyak sekali untuk dibaca, dipelajari, dan diamalkan, karya-karya islami menjamur. Belum lagi kita harus mengusahakan pekerjaan atau bisnis yang halal, mengatur waktu untuk urusan keluarga, urusan umat, urusan agama?
Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih)
Sungguh, syaitan-syaitan itu, dari golongan jin dan manusia, permainan atau hiburan-hiburan itu, telah membuat orang-orang melalaikan waktu, melalaikan diri dari mengingat Allah Ta’ala.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan judi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al Maa’idah: 91)
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al Munaafiquun: 9)
BACA JUGA: Ini Akhir Waktu Shalat Isya
Orang-orang yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang sangat merugi, karena ia kehilangan menit-menit, jam-jam yang berharga yang sebenarnya dapat ia gunakan untuk belajar, ibadah atau beramal saleh, dan menyebarkan nasihat kebaikan, amar makruf nahi mungkar.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati untuk kebenaran dan nasihat-menasihati untuk kesabaran. (QS. Al ´Ashr: 1-3)
Dan perhatikanlah penjelasan Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-’Utsaimin berikut: “Yang jelas, yang aku nasihatkan kepada saudara-saudaraku agar mereka semangat untuk menjaga waktu-waktunya, karena sesungguhnya waktu itu lebih mahal dari harta. Apakah kalian tidak membaca firman Allah Ta’ala: ‘Sehingga apabila telah datang kematian ke salah seorang dari mereka, maka ia berkata: ‘Kembalikanlah aku. Semoga aku bisa kembali beramal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.’’ Dia tidak mengatakan: ‘Kembalikan aku agar aku dapat bersenang-senang dengan dunia,’ namun dia mengatakan, ‘Semoga aku dapat beramal saleh terhadap apa yang aku tinggalkan,’ untuk menggantikan waktu yang telah ia lewati sebelum mati.” (Lihat: Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-’Utsaimin (Jawaban). Hukum Menonton Sepak Bola yang Ditayangkan di Televisi. abangdani.wordpress.com)
Maka,
Jadikan waktu-waktumu bertabur pahala, bukannya bertabur dosa dan hal-hal tak bermanfaat! []
Dikutip dari buku “SUPER MOTIVASI: Agar Hidup Tak Sia-sia”, Muhammad Yuan Yusuf