Oleh: Newisha Alifa
Penulis, tinggal di Bekasi Timur
BELAJAR dari pengalaman di masa lalu.
Seseorang yang berlebihan menyanjungmu hari ini, boleh jadi juga akan berlebihan ketika memusuhimu suatu saat nanti.
Pun sebaliknya …
Mereka yang hari ini begitu membencimu, boleh jadi kelak akan menjadi orang yang sangat siap mengangkatmu dalam keterpurukan.
Kuncinya apa?
Selalu ingat. Baik ketika menjadi subjek maupun objek atas segala rasa yang ada.
Lakoni segalanya sekadarnya saja.
Jangan berlebihan menyikapinya.
Ketika memuji atau dipuji juga saat membenci atau dibenci.
Sebab, kita tak pernah tahu, apa rencana-rencana Allah selanjutnya.
Rencana-rencana yang sering kali tak tertebak.
Dan ketika terjadi, bisa membuat kita tak habis pikir, bagaimana semuanya bisa begitu mengejutkan?
Satu hal yang tak kalah penting adalah …
Lillah.
Jikapun harus suka dan tidak suka, jadikan Allah sebagai alasannya. Bukan orangnya.
Dalam suatu riwayat dikisahkan. Ketika ada seorang sahabat memuji sahabat yang lain secara langsung. Rasulullah Saw pun menegurnya :
“Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Bakar RA.)
Senada dengan ungkapan Rasulullah Saw di atas. Sahabat Ali bin Abi Thalib RA pun berkata :
“Kalau ada yang memuji kamu di hadapanmu, akan lebih baik kamu melumuri mulutnya dengan debu daripada kamu terbuai dengan pujiannya.”
Pujian dan makian sejatinya karena satu hal …
Mereka belum benar-benar tahu siapa diri kita.
“Kita dipuji orang lain, sebenarnya sebabnya cuma satu. Karena Allah masih menutupi aib kita.” -Aa Gym-
Jadi amat sangat takut, kalau ada orang-orang baik yang saat ini begitu memuji. Sebab khawatir, suatu saat ketika mereka tahu bagaimana buruknya kita, mereka akan benar-benar kecewa dan pergi meninggalkan kita 🙁
Yaa Rabb …
Semoga kita semua bukan orang-orang yang gila rinai puja puji sesama yaa …
Dan termasuk orang yang cukup tangguh dan kuat untuk tetap tersenyum usai serangan caci maki. []