KAYA dan taqwa hari ini, dua kata yang sepertinya dikejar dengan cara terpisah. Jika mau kaya, maka jalurnya adalah sekolah yang tinggi dengan keilmuan professional, atau terjun menjadi pengusaha. Sedang jalur taqwa adalah, dimulai dari sekolah islam, lanjut pesantren dan aktif di dunia dakwah.
Padahal jiwa seorang muslim fitrahnya adalah kaya dan taqwa. Rosulullah dan para sahabat, sebagian besar mereka adalah para pengusaha yang kaya raya, tapi mereka yang paling baik juga taqwanya.
Rosulullah pernah berucap dalam sebuah hadist yang diriwatkan imam bukhori, bahwa kelak akan datang suatu masa dimana umatku akan banyak yang tidak lagi memperdulikan, apakah harta (yang ia dapatkan) itu melalui cara halal atau haram.
Sepertinya hadist di atas, sedang membicarakan kita. Dimana kita hidup di dunia yang sangat longgar bertoleransi mengenai harta halal, subhat bahkan haram.
Sahabat KPM,
Kaya itu keren, lebih keren kalau kita kaya tapi juga taqwa. Apapun jenis bisnis kita, barang atau jasa, offline atau online, produsen atau distributor. Pastikan kita punya kolidor taqwa. Sehingga kita selalu memastikan harta yang kita dapatkan adalah halal.
Di dunia bisnis, taqwa menjadi barang langka. Omset yang kita kejar, ajakan dalam mencari pelanggan, pengembangan bisnis sampai akad-akad yang sering kita lakukan, Seringkali tidak mengindahkan taqwa sebagai batasan. Aturan-aturan syariat sering kita langgar, entah sengaja atau karena ketidaktahuan.
Sahabat KPM,
Taqwa adalah kehati-hatian. Semangat mengejar harta haruslah kita imbangi juga dengan semangat belajar dan meningkatkan taqwa. Duduk di ruang-ruang pelatihan bisnis, duduk juga di majlis-majlis ulama. Perdalam strategi bisnis, perbanyak juga amalan-amalan penguat taqwa.
Hingga kita pastikan semua harta kita menjadi jalan tembus ke surga, bukan pemberat hisab yang membawa ke api neraka. []
Faisal Ramli
Owner Waroeng Sehat – Jakarta
faisalramliqodir@gmail.com
No. WA: +62 812-8468-054
www.waroengsehat.com
Coach Kampus Pengusaha Muslim (KPM)