SEBAGAI manusia kita biasa menghadapi kesedihan dan kebahagiaan. Terkadang keduanya ditandai dengan air mata. Tak heran, bagi manusia, air mata itu biasa.
Berapa nilainya? Air mata seolah tak berharga. Jika dijual di pasar, siapa coba yang mau membelinya? Padahal, di hadapan Allah, air mata bisa menjadi sesuatu yang mulia.
Farqad as Sabghi berkata, “Telah sampai kabar kepada kami bahwa setiap amal akan ditimbang, kecuali air mata seorang hamba Allah SWT yang takut kepada-Nya karena tidak ada timbangan dan nilai yang sepadan dengannya. Sesungguhnya, ia akan bisa mematikan lautan api neraka.”
Rasulullah bersabda, “Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka untuk selama-lamanya: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam dalam rangka berjaga di jalan Allah.” (HR Tirmidzi)
Telah jelas dalil tersebut diatas. Begitu berharganya air mata, sayang rasanya jika terbuang sia-sia hanya karena menangisi sesuatu yang belum tentu penting artinya di hadapan Allah.
Tak sedikit manusia yang larut dalam kesedihan dan nestapa, namun mengucurkan air mata hanya untuk meratapi kesedihan dan merutuki nasib, bukan untuk mengingat Allah atau beristighfar. Padahal, banyak hal di dunia ini yang dapat membuat seseorang teringat akan kebesaran Allah hingga meneteskan air mata karena-Nya.
Atha’, seorang tabiin, pernah ditanya, mengapa ia banyak menangis?
“Mengapa aku tidak bisa menahan tangis sedang ikatan maut ada di leherku, kuburan tempat tinggalku, hari kiamat tempatku berdiri, dan di samping kanan kiriku berkata surga atau neraka,” jawabnya.
Renungkan lah, apakah perasaan yang sama mampu kita rasakan? Jika Ya, tentu nilai air mata tak akan biasa saja.
Mu’dhal bin Mahmal berkata, “Telah sampai kepadaku kabar bahwa hamba yang menangis karena takut kepada Allah, tubuhnya akan dipenuhi cahaya. Bergembira lah ia dengan mencucurkan air matanya. Lalu saling bertanya diantara mereka, ‘Cahaya apa ini?’ lalu dikatakan, ‘Ini bagianmu dari cahaya tangisan.'”
Air mata yang di mata manusia merupakan simbol kesedihan, rupanya bisa menghantarkan kebahagiaan jika dia jatuh karena keimanan dan ketakwaan. Demikian mulia dan agungnya air mata seorang hamba yang takut kepada Rabb-nya. []
Referensi: Bermalam di Surga/ Karya: Hasan Syam Basya/ Penerbit: Al Qalam/ Tahun: 2009