CIREBON memiliki sejumlah masjid yang memiliki nilai historis, seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan, Masjid Kanoman, Masjid Merah Panjunan dan Masjid Pejlagrahan. Masjid-masjid tersebut merupakan jejak dakwah Sunan Gunung Djati.
Diantara sekian banyak masjid di Cirebon, terdapatlah sebuah masjid bernama Nurbuat yang kini banyak disebut sebagai Masjid Bata Merah. Tahukah Anda jika masjid tersebut dibangun karena bisikan gaib?
Masjid/Mushala Nurbuat yang berarti cahaya kenabian, dibangun oleh ustadz Rohim pada 2000 silam. Pada 2010, mushala itu direnovasi dan bangunannya diperbesar menjadi bentuk masjid seperti dewasa kini.
Dengan tampilannya tersebut, masjid yang berlokasi di Kedung Menjangan, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, dewasa ini sering kali disebut sebagai Masjid Bata Merah.
Yang menarik adalah kisah di balik pembangunan Masjid Bata Merah itu. Menurut Suharjo, pengurus DKM, sang pendiri menerima semacam bisikan gaib dari Syekh Abdurrahman Rauf As-Sinqili, seorang ulama sufi dari Aceh.
Dari bisikan gaib itu, muncul ide dan semua gambaran mengenai arsitektur Masjid Bata Merah.
“Lewat mimpi yang berulang-ulang,” kata Suharjo, seperti dikutip dari Liputan6.
Bahkan dalam pesan gaib itu, juga ditegaskan soal waktu pembangunan masjid yang hanya berlangsung selama 100 malam.
Sesuai pesan gaib, pembangunan Masjid Bata Merah memang diselesaikan selama 100 malam.
“Namun, wallahu a’lam dan hanya kuasa Allah semua itu bisa terjadi. Yang bangun tetap tukang tapi waktunya tengah malam,” ujar Suharjo.
Selain nama Masjid Nurbuat, beberapa bangunan juga memiliki arti dan makna. Di sisi luar kanan dekat pintu masuk, tampak menara yang cukup tinggi dengan susunan atap berjumlah sembilan.
Jumlah sembilan pada atap menara ini menjelaskan Wali Songo. Sementara di bawah menara, terdapat sebuah sumur yang dikenal dengan Sumur Wasiat.
“Menurut ceritanya tidak pernah kering walaupun sedang musim kemarau,” kata dia.
Di bagian dalam masjid yang menyatu dengan ruang Imam, berdiri kokoh menjulang ke atas atas 17 tiang atau saka. Itu merupakan simbol dari jumlah rakaat shalat wajib dalam sehari.
Sedangkan, bagian luar masjid ini memiliki 33 tiang yang berdiri kokoh dengan warna merah hingga tembok luar dari masjid ini. Jumlah tiang di bagian luar ini merupakan simbol dari jumlah wirid tasbih, hamdalah, dan takbir seusai salat.
“Jadi kalau diamati, hanya ada dua warna yang tampak pada masjid ini. Merah pada bagian luar persalatan masjid ini hingga ke pelataran juga ornamen luarnya. Warna putih pada bagian dalamnya yang menyatu dengan pengimaman menjelaskan kesucian yang seringkali tersemat bagi orang saleh,” tuturnya.
Sebagai informasi, Masjid ini berdiri di atas tanah wakaf milik Keraton Kanoman dengan luas tanah sekitar 2000 meter persegi. []