BERBURU berkah pada hari mulia, tiga keutamaan shalat jum’at.
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandi besar, lalu ia berangkat ke masjid pada waktu pertama, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah unta. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu kedua, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah sapi. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu ketiga, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah domba. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu keempat, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah ayam. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu kelima maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah telur. Jika imam telah naik mimbar maka para malaikat hadir untuk mendengarkan khotbah. Dari Abu Hurairah Ra.
Berburu Berkah pada Hari Mulia, Kisah: Laki-laki Samarkand yang Bertaubat
Dikisahkan ada seorang laki-laki dari Samarkand yang bertobat. Ia sering mendatangi para ulama, umara, dan orang-orang besar. Lalu dia ditanya, “Dengan sebab apa kamu dapat meraih derajat ini?” Ia menjawab, “Aku mendengar sebuah petuah bahwa orang yang istiqomah dengan perintah perintah Allah SWT maka Allah SWT akan mencukupinya dalam urusan akhirat dan dunia.”
BACA JUGA: Shalat Jumat Perdana di Hagia Sophia, Turki Tunjuk 3 Imam dan 5 Muazin
Berburu Berkah pada Hari Mulia, Kisah: Meninggalkan Dunia Untuk Shalat Jum’at
Suatu hari, ada seekor keledai yang membawa biji-biji gandum ke tanah lapang. Ketika biji-bijian itu diturunkan dari keledai, tiba-tiba keledai itu lari dariku. Kemudian seorang tetangga aku memanggil ia mengatakan bahwa hari ini adalah giliran ku mendapatkan air untuk menyirami ladangku.
Jika aku tidak mengambil giliranku hari ini, tetangga sebelah akan mengambil giliran itu. Hari itu adalah hari Jumat. Maka saya bergumam dalam hati, “Lebih baik saya salat Jumat dulu dan membiarkan giliranku diambil orang karena salat Jumat dapat mencukupi segala urusanku.”
Saya pun menunaikan salat Jumat. Lalu saya kembali ke rumah. Tiba-tiba, biji-biji gandumku telah ditebar, ladangku telah disiram air, dan keledai ku telah kembali. Seseorang bertanya kepadaku, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Aku menjawab, “Ada seorang tetanggaku yang pergi ke tempat penggilingan. Lalu ia menggiling barang-barang kami, sementara ia mengira barang-barang itu miliknya. Ketika ia membawa barang-barang itu ke rumah, istriku mengenalinya, maka ia mengambilnya dan membuat roti.
Sementara, keledai ku pergi ke tanah lapang. Tiba-tiba keledai itu dibuntuti banyak serigala, hingga lari ke perkampungan. Akhirnya keledai itu dapat kembali ke kandangnya dengan selamat. Adapun tanah ladangku terairi dari ladang milik tetangga sebelah, hingga tanah ladang keikut dipenuhi air. Setelah melihat hal ini, saya bergumam dalam hati, ‘Wahai Tuhanku, salat Jumat telah menjaga semua itu dan memperbaiki semua urusanku. Maka bagaimana jika aku menjaga semua kewajiban agama.’
Karena itulah saya berpaling dari kehidupan dunia dan mengabdikan diri kepada sang pencipta sebagaimana yang kamu saksikan pada kehidupanku sekarang ini.
BACA JUGA: Mantan Menlu Israel: Selangkah Lagi Israel Menuju Pertempuran Melawan Umat Muslim se-Dunia
Berburu Berkah pada Hari Mulia, Kisah: Nashr Ibnu Ahmad
Dikisahkan Nashr Ibnu Ahmad, penguasa kota Bukhara, berangkat untuk salat Jumat. Ketika ia telah sampai di suatu tempat bernama Rakistan, tiba-tiba jamaah Jumat telah mulai salat, imam telah membaca takbiratul ihram. Sang penguasa itu langsung turun di tanah berpasir. Pelayan muda menggelarkan sajadah di hadapannya. Tiba-tiba sang penguasa melipat kembali sejadah itu. Iya bertakbir dan bersujud dengan meletakkan keningnya di atas pasir pasir yang panas. Ketika ia telah menyelesaikan shalatnya, ia pun berdiri dan pergi.
Setelah penguasa itu meninggal, ada seseorang yang memimpikan, lalu ditanyakan kepadanya, “Bagaimana Allah SWT memperlakukanmu?” Ia menjawab, “Ketika jasadku telah berpisah dengan ruhku, ruhku dibawa ke sisi Arsy. Lalu saya mendengar suara tanpa rupa yang menyeru, ‘Hai nashr Ibnu Ahmad, kamu adalah orang jahat. Tetapi karena kemuliaan sajadah yang kamu singkirkan dari wajahmu itu. Dan karena kamu lebih memilih bersujud diatas kerikil kerikil panas untukku, maka aku telah mengampuni dosa-dosamu.” []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)