TIDAK ada yang sia-sia yang dilakukan oleh seorang yang beriman selama ridha Allah yang menjadi tujuan. Bahkan bermain dengan anak anak dan bercanda dengan istri, itu mendapatkan nilai yang agung di sisi Nya.
Karena definisi ibadah menurut Ibnu Taimiyah adalah “إسم جامع لكل ما يحبه اللّٰه ويرضاه” Nama dari segala macam aktivitas yang di sukai dan di ridhai Allah.
BACA JUGA: Dunia Istri Bukan cuma Sumur, Dapur dan Kasur
Dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
كُلُّ شَيْءٍ لَيْسَ مِنْ ذِكْرِ اللهِ فَهُوَ لَعِبٌ ، لَا يَكُونُ أَرْبَعَةٌ: مُلَاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ ، وَتَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ، وَمَشْيُ الرَّجُلِ بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ، وَتَعَلُّمُ الرَّجُلِ السَّبَّاحَةَ
“Semua permainan yang tidak mengandung dzikrullah hanyalah permainan. Kecuali 4 permainan, seorang suami ‘bermain’ dengan istrinya, atau melatih kuda, atau berjalan diantara dua tujuan, dan belajar berenang.” (HR Nasai)
Yang dimaksud permainan suami dengan istrinya adalah melakukan foreplay sebelum senggama dengan istri, dan berjalan di antara dua jalan adalah berlomba lari dengan istri.
Aisyah menceritakan,
Aku pernah ikut safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu aku masih muda, badannya belum gemuk dan belum berlemak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenyuruh rombongan safar, “Silahkan kalian jalan duluan.”
Merekapun jalan duluan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku,
تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ
Mari kita lomba lari.
Akupun lomba lari dengan beliau dan aku bisa mengalahkan beliau.
Hingga setelah aku mulai gemuk, berlemak dan sudah lupa dengan perlombaan yang dulu. Aku pergi bersama beliau untuk melakukan safar. Beliau meminta kepada rombongan, “Silakan kalian jalan duluan.”
Merekapun jalan duluan.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengajakku,
تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ
Mari kita lomba lari.
Akupun lomba lari dengan beliau dan beliau bisa mengalahkanku.
Beliau tertawa dan mengatakan, “Ini pembalasan yang kemarin.” (HR. Ahmad 26277 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Bercanda dengan istri bisa dilakukan dengan berbagai macam aktivitas yang dapat merawat keharmonisan rumah tangga.
Luangkanlah waktu untuk rekreasi dengan istri, kalau bisa berdua saja agar fokus. Anak-anak bisa dititipkan ke orang tua atau mertua, agar bunga-bunga cinta bisa terus bermekaran kemudian kita berbincang tentang visi keluarga syurga.
Jangan pernah bergurau dengan istri di sisa waktu, agar keutuhan rumah tangga semakin berkualitas. Karena tidak akan bisa mencapai rumah tangga yang berkualitas, jika hanya waktu sisa yang kita berikan untuk mereka. Sedangkan waktu waktu utama kita berikan kepada kantor dan teman teman kita.
BACA JUGA: Alasan Rasulullah Memilih Aisyah Jadi Istrinya
Ketahuilah menungggu waktu luang untuk bercengkrama dengan istri adalah tanda bodohnya diri, karena syaithan tidak ingin terwujudnya hubungan harmonis di antara kita. Tetapi luangkanlah waktu untuk tetap berkomunikasi membicarakan masa depan keluarga.
Ibnu Athoillah berkata “إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس” Menunda melakukan kebajikan karena menunggu waktu kosong adalah tanda bodohnya diri.
Segarkanlah pikiran istri kita dengan kegiatan yang tidak hanya berkutat di sumur, dapur dan kasur. Karena ia adalah sekolah pertama untuk buah hati kita, sedangkan kita para suami adalah kepala sekolahnya. Sehingga diperlukan kerjasama untuk hadirnya generasi yang berkualitas.
Allah titipkankan istri untuk kita jaga. Namun yang terjadi adalah dialah yang sering merawat kita. Ia cucikan baju kita, ia rawat anak-anak kita dan ia masak untuk suaminya. Karenanya berliburlah dan bersenang senanglah dengannya. []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari