PADA saat suatu malam ketika sedang berpatroli di kota Madinah, Umar mendengar suara seorang pria dan wanita dalam satu rumah. Kemudian beliau memanjat tembok rumah tersebut dan menemukan tempat minuman keras.
Beliau pun berkata, “Wahai musuh Allah! Apakah engkau mengira Allah akan menutupi perbuatan maksiat yang engkau lakukan?”
Pria itu pun menjawab, “Wahai Amirul Mukmin, aku hanya melakukan satu perbuatan maksiat sedangkan anda melakukan tiga perbuatan maksiat. Karena Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs Al Hujurat [49] : 12)
BACA JUGA: Saat Umar bin Abdul Aziz Pecat Semua Gubernur dan Pejabat
Umar menjawab, “Aku tidak mencurigaimu tapi justru memastikannya, dan dengan begitu aku bukan bermaksud mencari-cari keburukanmu. Ini merupakan tanggung jawabku untuk memastikan kebaikan bagi semua rakyatku. Karena aku akan diminta pertanggung jawaban atas jabatan yang aku pikul.”
Pria itu berkata lagi, “Tapi engkau mengintai kami, dan Allah pun berfirman,
“…Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya…” (Qs Al Baqarah [2] : 189)
Umar pun kembali menjawab, “Aku melakukannya bila aku menemui orang yang sedang berbuat kebaikan.”
Pria itu masih berusaha membela diri, “Tapi bukankah Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya…” (Qs An-nuur [24] : 27)
BACA JUGA: Menurut Umar, Negara akan Mencapai Kejayaan dengan Tiga Hal Ini
Umar pun menjawab, “Dan apakah jika aku mengetuk pintu rumahmu, kamu akan mengakui kesalahanmu?”
Mereka pun terdiam. Umar kembali berkata, “Apakah engkau memiliki niat untuk bertobat jika aku mengampunimu?”
Pria itu menjawab, “Ya.. Demi Allah aku tidak akan melakukannya lagi.”
Lalu Umar berkata, “Jika demikian, maka pergilah kamu, aku telah memaafkanmu.” []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002