TAHUN 750 M, klan Abbasiyah merengkuh kekuasaan dengan ditandai pemusnahan terhadap seluruh anggota klan Umayyah. Tetapi ada segelintir yang selamat, di antaranya Abdurrahman bin Muawiyah cucu Hisyam, penguasa kesepuluh Damaskus.
Riwayat lolosnya Abdurrahman dari sergapan pasukan Ash Shafah begitu dramatis dan epik. Di sini adalah salah satu penggalannya.
BACA JUGA: Kekagetan Eropa terhadap Saladin
Pelarian pemuda dua puluh tahun ini dimulai dari perkemahan badui di tepi sungai Eufrat. Dia sembunyi di sana bersama adiknya yang berumur 13 tahun untuk beberapa waktu. Sampai pasukan Abbasiyah menemukannya.
Bersama adiknya, Abdurrahman berlari menuju sungai. Sang adik, yang ternyata tidak mahir berenang, memercayai janji yang diucapkan para pengejar bahwa mereka akan memberikan ampunan. Karenanya, ia kembali dari tengah sungai, hanya untuk menjemput kematiannya. Sementara sang kakak, terus berenang dan sampai di seberang.
BACA JUGA: 3 Panglima Penakluk Andalusia
Eufrat, menjadi titik awal perjalanan panjang pemuda yang dijuluki Elang Quraisy oleh Al Manshur, penguasa kedua Abbasiyah. Dia bergerak ke Palestina. Kemudian ke Afrika Utara untuk menghimpun kekuatan dengan paman-paman dari pihak Ibunya yang bersuku Berber. Lalu berlayar ke Elvira dan Jaen (Spanyol) untuk bertemu dengan loyalisnya dari pasukan Damaskus yang tinggal di sana. Merangsek ke Kordova, menaklukan Sevilla, hingga akhirnya mendirikan kekuasaan di Andalusia. Mulai dari sana, dunia mengenalnya dengan nama Abdurrahman al Dakhil (Pendatang Baru). []
@hdgumilang | founder @tapaksejarahislam