Oleh: Riefni Sufiyani
MENUJU tahun politik ini suasana perpolitikan di Indonesia mudah sekali memanas. Berbagai opini dapat seketika menjadi viral seperti kata ‘sontoloyo’, ‘tampang Boyolali’, ‘politik genderuwo’, ‘tempe setipis atm’ menjadi perbincangan hangat warganet maupun di televisi. Dua kubu saling serang.
Bahkan film yang baru tayang di Bioskop pun menjadi topik perdebatan panjang yang tak ada ujungnya dan diarahkan ke politik. Ya, film “A man called Ahok” dan “Hanum & Rangga” menjadi ajang adu “kekuatan” bagi dua kubu paslon capres cawapres, walaupun genre dari film tersebut bukanlah bertema politik.
Sayang sekali topik yang menjadi pembicaraan di tahun politik ini bukanlah hal urgen tentang kondisi perekonomian Indonesia seperti tumpukan utang luar negeri yang melangit, kasus korupsi, kesejahteraan rakyat, penegakan hukum yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, kasus kriminalisasi ulama, dll. Banyak hal yang perlu dibenahi di Indonesia ini, namun topik ‘ecek-ecek’ sepertinya lebih menarik untuk diperbincangkan di media-media ketimbang hal urgen diatas.
Masyarakat dilenakan dengan pemberitaan yang jauh dari kata mencerdaskan & peduli terhadap Indonesia sendiri. Pencitraan demi pencitraan diciptakan untuk meraih simpati rakyat. Sedang kebijakan yang diambil jauh dari kata pro rakyat. Semboyan “NKRI harga mati” pun seolah menjadi pelindung bagi sekelompok orang untuk meraih keuntungan.
Politik dalam Islam sendiri tidak dapat dipisahkan. Ia yang berperan penting dalam mengatur urusan umat, kenegaraan. Landasannya pun adalah Qur’an & Sunnah. Ia tidak dijalankan atas hawa nafsu manusia. Dalam menjalankannya pun masyarakat di edukasi untuk berfikir kritis, solutif demi kemajuan bangsa. Pemimpin memgayomi rakyat, menjaganya, mencintainya. Maka rakyat pun menghormati pemimpin, mendoakan mereka yang ada di pucuk pemerintah dengan kebaikan agar mereka Allah swt mampukan dalam memikul amanat.
Sebagaimana dari ‘Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim) Hadis sahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadis no. 3447; Ahmad, hadis no. 22856dan 22874; al-Darimi, hadis no. 2677. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.