SERINGKALI kita menemukan ungkapan menyesalkan turunnya hujan. Di media sosial terutama, selalu saja kita temukan status yang mengharapkan hujan segara berhenti. Bahkan kadang mengeluh dengan datangnya hujan.
Bukan sekadar mengeluh turunnya hujan, mereka juga biasanya menambahkan dengan alasan. Dari alasan yang cukup logis, hingga alasan yang terbilang tidak masuk akal. Yang disesalkan adalah ketika seseorang mengharapkan hujan berhenti karena ingin berbuat kemaksiatan. Pernahkah Anda menemukan sebuah ungkapan, “semoga hujan cepat berhenti, mau malam mingguan,”? Astagfirullah.
Mengapa mengharap hujan berhenti? Sedangkan hujan adalah sebuah keberkahan. Allah Ta’ala berfirman:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf [50] : 9)
Hujan diturunkan di muka bumi bukanlah untuk diri kita sendiri. Jika hujan dirasakan mengganggu untuk kita, belum tentu bagi orang lain. Bagaimana dengan nasib para petani yang dengan hujannya bisa menumbuhkan padi dan bermacam-macam sayuran? Jika kita mengharap hujan berhenti, itu tandanya kita tengah berbuat egois terhadap orang lain. Dengan tidak sadar berharap hal yang tidak baik bagi orang lain. Dan pada akhirnya kita sendirilah yang merasakan dampaknya. Apa kita tidak akan kebingungan jika beras susah kita temui akibat petani gagal panen karena hujan tak kunjung turun?
Saya terpikir sebuah pepatah yang maenyebutkan, “Manusia itu sering berdoa agar urusannya dilancarkan, tapi lupa untuk meminta agar dirinya dikuatkan.”
Hujan memang mampu menghambat kita, apalagi ketika kita tengah di perjalanan. Akan tetapi itu bukanlah alasan kita untuk mengeluh. Mintalah kepada Allah SWT agar kita di kuatkan menghadapinya. Setidaknya bertawakal kepadanya, bahwa hujan yang turun adalah rizki yang Allah SWT berikan. Bersasabar dan berharap diberikan kebaikan daripadanya.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” []