BAGI yang sudah berkeluarga, tentu bukan hal yang asing lagi menghadapi permasalahan ekonomi. Apalagi jikalau permasalahan itu mendadak harus sampai membutuhkan uang yang cukup besar, bagi yang tidak punya, pasti akan kesulitan menghadapinya pada akhirnya cara akhir yaitu dengan meminjam atau berhutang.
Orang miskin dan kaya pun pasti pernah berhutang. Hutang dilakukan karena seseorang ingin memenuhi kebutuhan namun karena satu alasan, pemenuhannya bukan dari sumber pendapatan. Hal ini memaksa dirinya untuk menggunakan sumber pendanaan dari pihak lain. Berbagai alasan tentunya menjadi latarbelakang, mengapa mereka harus berhutang.
Bagaimana dalam pandangan islam mengenai seseorang yang berhutang?
Sangat disayangkan apabila orang berhutang karena alasan yang tidak jelas seperti karena perilaku boros, ikut-ikutan mengikuti trend dan gaya hidup dan sebagainya. Berkaitan dengan hidup boros, kita sebaiknya memperhatikan sinyalemen dari Allah SWT.
Allah SWT lebih menyukai Muslim yang hidup sederhana dibandingkan yang berlebih-lebihan atau boros. Hidup sederhana akan mencegah orang untuk berhutang. Hutang akan menjadikan seorang Muslim kesusahan di malam hari dan merasa terhina di siang hari.
Kita sering melihat perilaku yang muncul pada diri orang yang banyak berhutang. Di antaranya merasa malu atau minder yang menyebabkan dia sering menghindar bertemu dengan orang lain. Terutama dengan orang yang memberi hutang kepadanya. Sering merasa tidak percaya diri. Bila dia menjadi seorang pekerja maka terkadang dia menjadi sering tidak masuk bekerja. Hutang juga dapat mendekatkan diri pada kekufuran. Rasulullah SAW menyatakan hal tersebut pada sabdanya:
“Aku berlindung diri kepada Allah dari kekufuran dan hutang. Kemudian ada seorang laki-laki bertanya: Apakah engkau menyamakan kufur dengan hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Ya!,” (Riwayat Nasa’i dan Hakim)
Hutang juga dapat menyebabkan seseorang berkata tidak jujur. Apabila berkata, suka berdusta. Demikian yang dikatakan Nabi Muhammad SAW:
“Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadaMu dari berbuat dosa dan hutang. Kemudian ia ditanya: Mengapa Engkau banyak minta perlindungan dari hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Karena seseorang kalau berhutang, apabila berbicara berdusta dan apabila berjanji menyalahi.” (Riwayat Bukhari)
Oleh karenanya Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk senantiasa berdoa untuk terhindar dari hutang.
“Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadamu dari terlanda hutang dan dalam kekuasaan orang lain.” (RiwayatAbu Daud)
Kita juga harus berhati-hati terhadap hutang karena Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan tidak tercapainya tujuan akhir kita yaitu kebahagian hidup di akhirat dengan sabdanya:
“Akan diampuni orang yang mati syahid semua dosanya melainkan hutang.” (Riwayat Muslim)
Oleh karenanya hutang harus segera dibayar sebelum kita meninggal. Sangat perlu diperhatikan bagi satu keluarga, apabila seorang istri atau suami berhutang kepada orang lain maka dia harus memberitahukan tentang hutangnya kepada pasangannya tersebut. Tujuannya adalah agar apabila salah satu dari keduanya meninggal sebelum sempat melunasi hutang maka pasangannya dapat melunasi hutang tersebut.
Bila terpaksa harus berhutang Rasulullah SAW mengajarkan kita meniatkan untuk melunasinya sesegera mungkin.
“Barangsiapa hutang uang kepada orang lain dan berniat akan mengembalikannya, maka Allah akan luluskan niatnya itu; tetapi barangsiapa mengambilnya dengan Niat akan membinasakan (tidak membayar), maka Allah akan merusakkan dia.” (Riwayat Bukhari).
Itulah penjelasan mengenai hadits yang mewaspadai akan berhutang. Seyogyanya Muslim dapat melihat bagaimana sifat mudhorotnya yang akan berdampak pada kita.
Sungguh jikalau kita bisa menahan diri dan tetap berada dalam jalan Allah, maka Allah akan senantiasa menolong kita dalam kesulitan apapun, namun kembali kepada niat dan keselamatan masing-masing karena suatu amal akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak secara individu. Wallahu a’alam.[]
[Sumber: Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami/Karya: Eko Pratomo /Penerbit: Hijrah Institute-Jakarta]