SAAT mata ini terbelalak melihat setiap peristiwa dalam hidup. Ada kalanya hati ini merasakan situasi yang tidak ingin untuk dirasakan, memikirkan suatu kesulitan, dan raga yang ingin lari dari kenyataan hidup.
Rapuhnya jiwa seorang insan manusia terkadang hanya melihat sepintas dari rangkaian hikmah yang terpasang di setiap episode kehidupan.
Bagian pertama yang perlu diingat oleh diri kita, keliru jika kita lari dari kenyataan hidup. Meski suramnya masa lalu, sulitnya masa kini, dan remangnya masa depan. Hal itu tak lantas membuat kita membenci setiap skenario yang Ia berikan kepada kehidupan kita.
Ketahuilah jika kita semakin keras berusaha lari, maka semakin kuat cengkeramannya. Semakin kencang kita berteriak melawan, maka semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul lagi memenuhi kepala.
Bagian kedua tentang penilaian orang lain. Berhentilah sibuk dengan penilaian orang lain. Karena manusia bak juri yang tidak terbatas penilaiannya. Akan selalu ada celah untuk menyatakan ketidakpuasan.
Bagian ketiga, Hanya Allah yang memiliki hak penuh untuk menilai segala sesuatu yang kita kerjakan. Saat hal itu ditakdirkan kepada kita, insyaallah karena kita mampu untuk memikulnya
Maka berhentilah lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.
Sumber: Rindu/Tere Liye/Republika