Oleh: Iman Munandar
Guru di YPI Bani Ibrahim al-Islamiyyah, Penulis di Warta Nusantara
BEBERAPA bulan lalu, seorang teman menelepon saya. Ia berkonsultasi tentang pernikahan yang akan dihadapinya. Sambil mengobrol ke sana ke mari, akhirnya ia menceritakan soal temannya (kebetulan teman saya juga).
Temannya itu dalam suatu pertemuan di rumahnya, menumpahkan segala perasaannya, masalah yang ditanyakan oleh orang-orang soal ‘sudah punya momongan belum?’
Sampai saat ini istrinya itu belum hamil juga, meski usia pernikahan sudah lama. Temannya itu bilang, ‘mereka tidak tahu apa yang telah aku dan istri ikhtiarkan.
Istriku selalu menangis jika ditanya itu terus menerus’. Sekilas saya memahami perasaan hatinya, dan pertanyaan ‘sudah punya momongan belum?’ memang menyakitkan.
Di lain hari, ketika saya menyimak di sebuah group WA alumni mereka berdiskusi masalah momongan, teman saya yang perempuan itu menceritakan setiap datang haidh, ia selalu menangis.
Ya, ia menangis belum hamil juga meski sudah tiga tahun lebih berikhtiar kemana-mana, termasuk terapi herbal. Belum lagi pertanyaan ‘sudah punya momongan belum?’ selalu datang menghampirinya.
Masalah memunyai anak, itu masalah takdir. Artinya kita hanya selalu berdoa, berikhtiar, dan bertawakal kepada Allah. Hanya Allah lah yang Maha Tahu kapan doa dan usaha kita akan dikabulkan.
Kedua cerita di atas, mengingatkan saya sebuah kisah Nabi Zakariya yang terdapat dalam al-Qur’an, yakni Q.S Ali ‘Imran : 38, Al-Anbiya : 89-90, dan Maryam : 4-6. Nabi Zakariya dan istrinya sudah tua, namun belum juga dikaruniai seorang anak.
Istri Nabi Zakariya yang mandul dan sudah tua, secara logika manusia tidak mungkin ia bisa hamil. Namun Nabi Zakariya tidak pernah berputus asa untuk terus berdoa.
Beliau berdoa, ‘Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan). Ya Rabbku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Rabbku. Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Ya’qub; dan jadikanlah dia, ya Rabbku, seorang yang diridhai.( Al-Anbiya : 89-90, dan Maryam : 4-6)
Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya, meskipun istrinya sudah tua dan mandul. Kemudian Allah memberikan namannya Yahya. Kelak ia akan menjadi seorang Nabi, seorang lelaki yang berpegang teguh dengan agama Allah.
Mulai sekarang, berhentilah bertanya ‘sudah punya momongan belum?’ kepada teman kita. Marilah kita doakan, supaya mereka dianugerahi anak-anak yang berbobot, kelak akan mengisi bumi ini dengan kalimat Allah. Allahumma amin
Selesai di kaki gunung Gede Pangrango.