AMERIKA SERIKAT–Seorang pelajar Muslim muda di Valor College Prep di Tennessee didiskualifikasi dari pertandingan bola volly pada Selasa (15/9/2020) lalu. Seorang wasit mengutip aturan bahwa atlet tersebut membutuhkan izin dari Tennessee Secondary School Athletic Association (TSSAA) untuk mengenakan hijab. Demikian sebagaimana dilaporkan The Tennessean.
Aturan NFHS (Federasi Nasional Asosiasi Sekolah Menengah Negeri) menyatakan bahwa “perangkat rambut yang terbuat dari bahan lembut dan lebarnya tidak lebih dari tiga inci dapat dikenakan di rambut atau di kepala.”
BACA JUGA: Ini 7 Hijaber yang Mantap Berprofesi di Bidang Olahraga
Sekolah meminta NFHS dan TSSAA untuk mengubah aturan seragam. Cameron Hill, direktur atletik di Valor College Prep, mengatakan sekolah tersebut mengirim email ke TSSAA pada hari Rabu meminta otorisasi bagi atlet Muslim mereka untuk mengenakan jilbab.
“Meskipun kami bisa mendapatkan persetujuan dari TSSAA dan sekarang kami memiliki surat yang memungkinkan pemain untuk mengenakan jilbab di masa depan, kami merasa aturan ini diskriminatif dan tidak adil,” tulis Hill di Instagram.
“Kami berdiri dalam solidaritas dengan semua cendekiawan dan keluarga kami serta kebebasan mereka untuk mengekspresikan agama mereka dengan bebas.”
Asisten Direktur Eksekutif TSSAA Matthew Gillespie menyetujui pengecualian untuk atlet Muslim. Namun, dia tidak menyetujui perubahan aturan penutup kepala.
“TSSAA selalu memberikan pengecualian kepada setiap siswa yang ingin berpartisipasi dengan penutup kepala, atau artikel pakaian lainnya, karena alasan agama,” kata Gillespie kepada The Tennessean.
“Buku peraturan menyatakan bahwa pengecualian dapat diberikan jika diminta oleh administrasi sekolah kepada asosiasi negara bagian.”
Di sisi lain, Pejabat dengan American Muslim Advisory Council juga merilis pernyataan yang mempertanyakan aturan TSSAA.
“Mengapa gadis Muslim harus memiliki penghalang ekstra untuk berpartisipasi penuh dalam olahraga di Tennessee?” Direktur eksekutif Dewan Penasihat Muslim Amerika Sabina Mohyuddin mengatakan dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA: Aprar Hassan, Gadis Muslim Pertama dari AS yang Tampil Berhijab di Kompetisi Karate Nasional
“Aturan ini digunakan untuk mempermalukan siswa berusia 14 tahun di depan teman-temannya. Setidaknya itu membuat trauma. Kami memiliki gadis Muslim di seluruh negara bagian yang sedang berolahraga. Hambatan agama untuk berolahraga seharusnya tidak ada di zaman sekarang ini. Aturan ini mirip dengan memberi tahu gadis-gadis Muslim bahwa mereka membutuhkan izin untuk menjadi seorang Muslim.”
Padahal, sejauh ini beberapa wanita Muslim telah mengukir prestasi di seluruh dunia. Bahkan, hijab tak menghalangi mereka untuk berprestasi.
Pada 2016, 14 wanita Muslim meraih medali di Olimpiade Rio. Ini termasuk pemain anggar Amerika Ibtihaj Muhammad, wanita Muslim berhijab pertama yang mewakili Amerika Serikat di podium.
Namun, olahraga lain terus mengalami diskriminasi serupa terhadap perempuan berhijab. Misalnya, judoka Indonesia Miftahul Jannah yang tak bisa berlaga di Asian Para Games pada Oktober 2018 karena menolak melepas hijab. []
SUMBER: ABOUT ISLAM