BERIMAN kepada kitab Allah SWT, yaitu adanya keimanan kita yang benar kepada Allah SWT.
Iman kepada Allah SWT merupakan asas dan pokok akan adanya keimanan kepada kitabnya, yakni keyakinan yang pasti bahwa Allah SWT adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu baginya.
Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah kepada selainnya adalah kebatilan
Allah SWT berfirman:
“Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah SWT, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah SWT, Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar.” (QS. Al-Hajj: 62)
Adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang mengaturnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang wajib disembah.
BACA JUGA: 4 Makna Beriman kepada Takdir Allah SWT
Umat Islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifat nya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintahnya dan meninggalkan larangannya.
Berikut Allah SWT berfirman:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah SWT dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah SWT menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukannya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (QS. Al-Maidah: 48)
Kitab-kitab yang dimaksudkan pada ayat di atas adalah kitab yang berisi peraturan, ketentuan, perintah, dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia. Kitab-kitab Allah SWT, tersebut diturunkan pada masa yang zamannya berbeda-beda.
Semua kitab tersebut berisi ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran mengesakan Allah SWT (tauhid). Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.
Marilah kita renungkan, apa jadinya jika kita menaiki kendaraan di jalan tidak memiliki tujuan yang jelas. Kita hanya naik dan tidak tahu akan ke mana. Tentu kita hanya akan menghambur-hamburkan bahan bakar atau tenaga dan mengganggu perjalanan pengguna jalan yang lain. Bahkan lama-kelamaan kita bisa tersesat. Demikian juga halnya dengan kehidupan manusia di dunia ini. Jika hidup ini tidak memiliki arah yang jelas dan benar, hanya akan menghabiskan usia tanpa bermanfaat dan kemudian tersesat.
Pengertian: Beriman kepada kitab Allah SWT
Menurut bahasa, iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut istilah, iman adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah SWT artinya percaya dan meyakini bahwa Allah SWT mempunyai kitab yang telah diturunkan kepada para rasulnya agar menjadi pedoman hidup bagi umatnya. Hukum beriman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah fardhu’ain (wajib bagi setiap orang yang beragama Islam). Muslim (Orang Islam) yang tidak mempercayai adanya kitab-kitab Allah SWT maka dinamakan murtad (keluar dari ajaran Islam).
BACA JUGA: Pertolongan Allah SWT kepada Orang Beriman (3-Habis)
Beriman kepada kitab Allah SWT merupakan rukun iman yang ketiga. Mengimani kitab Allah SWT berarti kita harus mempercayai dan mengamalkan segala sesuatu yang terkandung di dalam kitab tersebut.
Iman terhadap kitab Allah SWT merupakan salah satu landasan agama kita. Allah SWTberfirman:
لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. “(QS. Al-Baqarah: 177). []