SUDAH terlalu lama berada dalam jurang kemaksiatan jangan sampai membuat kita malu untuk bertobat. Jika kesadaran itu datang, tak usah kita ragu untuk memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Karena sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penerima tobat.
Allah SWT turunkan wahyu kepada hamba-Nya bernama Dawud, “Wahai Dawud, gembirakan para pendosa. Ingatkan orang saleh.”
Dawud bertanya, “Duhai Tuhanku, bagaimana menggembirakan para pendosa. Bagaimana pula mengancam orang saleh?”
Allah SWT berfirman, “Katakanlah pada pendosa, tiada dosa yang tidak dapat Kuampunkan sepanjang tobat ia lakukan. Katakan pada orang yang saleh. Janganlah mereka berbangga atas amal perbuatan mereka sebab bila Aku tegakkan keadilan perihal perhitungan-Ku pada seseorang, Niscaya akan binasa. Mereka binasa.”
Biasanya Allah SWT menyampaikan dengan cara memberikan peringatan kepada para pendosa dan kabar gembira bagi orang-orang yang saleh. Kepada mereka yang penuh dosa Allah SWT mengancamnya dengan siksa api neraka sehingga mereka takut melakukannya. Sementara mereka yang beriman dan beramal saleh akan diberikan kenikmatan surga agar giat mengerjakannya.
Namun seruan kali ini berbeda. Allah SWT melalui Nabi Dawud AS menyeru dengan “mengancam” kepada orang yang beramal saleh serta memberi kabar gembira bagi orang yang melakukan dosa. Mengapa ada paradoks semacam ini? Tentu jawabannya ada pada kasus-kasus tertentu. Seruan Allah SWT semacam ini adalah pengecualian bagi perbuatan-perbuatan tertentu.
Apakah itu?
Esensi dari seruan Allah SWT tersebut ada dua. Yang pertama, yaitu memberikan kabar gembira kepada para pendosa esensinya adalah tobat. Seruan tersebut maksudnya agar manusia segera bertobat dan jangan larut kepada dosa-dosa. Manusia ingin kembali keharibaan-Nya setelah sekian lama berlumur dosa namun ia bimbang, apakah dosanya yang setumpuk gunung itu akan diampuni? Allah SWT menjawabnya dengan seruan tersebut. Berilah kabar gembira kepada orang tersebut bahwa jika ia bertobat maka Allah SWT akan menerimanya sebagaimana orang yang tidak berdosa. Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda bahwa orang yang bertobat sama dengan orang yang tidak berdosa?
Jika maknanya bukan untuk menggembirakan mereka yang berdosa dengan iming-iming, toh nanti apabila kita bertobat kepada Allah SWT kita pasti diampuni. Lalu orang tersebut akan terus mengerjakan dosa-dosanya. Kadang ada juga yang beralasan, “Allah juga mengerti kalau saya tidak melaksanakan shalat karena saya sibuk.” Naudzubillah.
Seruan kedua, yaitu berikan “ancaman” bagi mereka yang beramal saleh esensinya adalah seruan untuk menjauhi riya’. Janganlah seseorang beramal hanya untuk dilihat dan diketahui oleh orang lain. Kalau seseorang mengerjakan perbuatan bukan karena Allah SWT tapi karena riya’ maka Allah SWT mengancamnya dengan api neraka.
Dengan begitu, terasalah keadilan Allah SWT. Bagi mereka yang ingin kembali kepada-Nya Allah SWT membuka pintu selebar-lebarnya untuk bertobat. Dan bagi orang yang beramal saleh janganlah sombong. Karena sudah ikhlas belum niatnya dalam beramal akan menjadi perhitungan Allah SWT. Apabila niatnya karena riya’ Allah justru akan marah kepadanya.
Semoga kita selalu termasuk orang-orang yang bertobat dan beramal saleh semata-mata karena Allah SWT. []
Sumber: Hikmah dari Langit/Ust. Yusuf Mansur & Budi Handrianto/Penerbit: Pena Pundi Aksara/2007