SESUNGGUHNYA, berlebihan dalam bergaul, merupakan penyakit kronis yang akan membawa kepada berbagai kejelekan. Berapa banyak kenikmatan yang dicabut, berapa banyak permusuhan yang tertanam kuat, berapa banyak benih sakit hati yang tersebar akibat dari hal ini.
Berlebihan dalam bergaul merupakan kerugian di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, seyogyanya seorang hamba mengambil pergaulan sebatas apa yang dia butuhkan saja. Manusia dalam hal ini ada empat jenis. Jika seorang hamba tidak bisa membedakan di antara empat jenis tersebut, maka kejelekan akan marasuk ke dalam dirinya.
Empat jenis manusia tersebut adalah:
Pertama: Bergaul dengannya sebagaimana makan. Seorang tidak akan bisa lepas dari yang namanaya makanan dalam sehari semalam. Jika seorang perlu makan, hendaknya dia makan, setelah kenyang, dia tinggalkan makanan tersebut. Ketika butuh makan lagi, dia datangi makanan tersebut. Dan begitu seterusnya. Minimal, sehari semalan tiga kali. Mereka ini adalah para ulama’. Jenis manusia ini, bergaul dengannya akan mendatangkan seluruh keuntungan dunia dan akherat.
BACA JUGA:Â Setan Menguasai Manusia, Ini Sebabnya
Kedua: Jenis manusia kedua ini seperti kebutuhan kita kepada obat ketika sakit. Jika kamu sehat, tidak perlu untuk mendekatinya. Namun, kita tetap membutuhkan dan tidak bisa lepas seratus persen dari mereka, untuk kemashlahatan kehidupan dan menunaikan berbagai kebutuhan kita sebagai manusia, berupa berbagai macam mu’amalah, musyawarah, perserikatan, dan pengobatan. Misal : bergaul dengan dokter, bergaul di pasar, bergaul dengan pengendara dan lain sebagainya.
Ketiga: Jenis manusia, yang apabila kita bergaul dengannya, seperti penyakit dengan berbagai macam tingkatan, kekuatan, dan macamnya. Mereka adalah orang-orang jelek, ahli maksiat, dan yang semisalnya. Pergaulan dengan mereka hanya akan mendatangkan kerugian dalam masalah agama ataupun dunia.
Keempat: Jenis manusia yang apabila kita bergaul dengannya, hanya akan menghasilkan kebinasaan. Mereka adalah ahli bid’ah dan orang-orang yang tersesat dari jalan yang lurus.
Secara umum, keselamatan itu akan terwujud pada diri seorang yang sedikit bergaul dengan manusia. Banyak uzlah (menyendiri) dari hiruk pikuk dunia. Menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat bagi diri dan keluarganya. Dengan ilmu, ibadah, dan muhasabah. Jika diperlukan, baru dia akan keluar untuk bergaul dengan manusia. Terkecuali bergaul dengan ulama’. Maka ini kebutuhan kita yang sangat primer. Bahkan lebih primer dari kebutuhan kita terhadap makan dan minum.
Jika kita mau jujur, terjadinya berbagai permasalahan dalam hidup kita, mulai dari perselisihan, permusuhan, kebencian, sakit hati, dan yang semisalnya, salah satu pemicunya adalah terjadinya hubungan atau pergaulan diantara kita. Coba kalau kita kurangi untuk berinteraksi dengan manusia, baik secara hakiki ataupun maknawi, insya Alloh berbagai hal di atas akan dapat diminimalisir.
Orang yang tidak masuk dalam suatu organisasi baik dakwah atau dunia, seperti yayasan, biasanya problem hidupnya lebih sederhana daripada yang aktif berkecimpung di dalamnya.
Seorang yang tinggal dalam suatu “komunitas tertentu” dan masuk serta berinteraksi secara dalam di dalamnya, biasanya problem-nya lebih komplek dari yang tinggal di masyarakat secara umum.
BACA JUGA:Â Empat Perkara yang telah Ditentukan bagi Manusia
Orang yang banyak berinteraksi dan berhubungan dengan banyak orang tiap harinya, biasanya potensi untuk timbulnya berbagai masalah lebih besar juga. Demikianlah seterusnya.
Maka lihatlah para ulama’ yang sangat sedikit sekali berinteraksi dengan manusia, kecuali untuk suatu kemashlahatan besar seperti berdakwah dan mengajar. Kesehariannya habis untuk ‘bergaul’ dan ‘bermesraan’ dengan kitab-kitab. Hidup mereka bahagia, dan sangat sederhana problemanya.
Pembahasan ini difokuskan dalam masalah dampak problema dari pergaulan. Bukan pada masalah lebih utama mana antara uzlah (menyendiri) dan bergaul dengan manusia. Itu pembahasan lain lagi.
[Disarikan dari Badai’ul Fawaid karya Ibnu Qoyyim : 3/504-505 dengan beberapa pengurangan dan tambahan]. []
Facebook:Â Abdullah Al-Jirani