BANYAK ayat di dalam Al-Quran yang membahas mengenai maksiat. Akan tetapi disalah satu ayat disebutkan bahwa maksiat disebut jahil.
Kenapa Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an kalau yang berbuat maksiat disebut bodoh (jahil)?
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan mengenai ayat berikut ini.
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (QS. An-Nisa’: 17).
Berbuat kejahatan yang dimaksud di sini adalah berbuat berbagai macam kejelekan, baik dosa kecil maupun dosa besar. Sedangkan yang dimaksud berbuat dalam keadaan jahil adalah lebih mengutamakan berbuat dosa padahal sudah tahu kalau itu adalah dosa.
Setelah menyebut hal di atas, Ibnu Rajab rahimahullah lantas mengatakan,
“Setiap orang yang bermaksiat pada Allah, ia adalah jahil (bodoh). Siapa yang berbuat taat pada Allah, ia adalah ‘alim.”
Ada dua penjelasan kenapa sampai yang bermaksiat disebut bodoh (jahil):
- Siapa saja yang memahami kebesaran dan keagungan Allah, pasti punya rasa takut pada Allah. Kalau ia memahami seperti itu, tentu ia sulit untuk mendurhakai Allah Ta’ala. Sebagian orang menyatakan, cukup seseorang disebut alim (berilmu) jika ia punya rasa takut pada Allah. Dan ia disebut jahil (bodoh) ketika itu tertipu pada Allah.
- Siapa saja yang mendahulukan maksiat dari ketaatan, maka ia menyangka bahwa akan ada manfaat yang segera dari maksiat tersebut. Jika ia memiliki iman, ia ingin nantinya lepas dari dosa di akhir umurnya. Itu cuma muncul dari kejahilan (kebodohan).
Itulah kenapa orang yang bermaksiat disebut jahil. Kalau kita sekalian ingin tidak disebut jahil (bodoh) padahal sudah tahu dosa itu dosa, marilah senantiasa menjauhi setiap tindakan maksiat. Moga Allah mudahkan. []
Sumber : Rumaysho