JAKARTA–Panti Asuhan khusus anak-anak jalanan sedang dibangun oleh preman pensiun di Kelapa Dua, Kabupaten Tanggerang, Banten. Preman pensiun itu, Hasan Gofar alias Anyen, ia menunjukkan bahwa preman bisa berubah dan bermanfaat untuk masyarakat.
Saat ini Panti Asuhan seluas 8×14 meter itu sedang dikerjakan oleh Anyen bersama teman-teman preman pensiun lainnya. “Membangun Panti Asuhan itu sudah menjadi impian saya dari dulu. Sekian lama saya menunggu, akhirnya saya bisa mewujudkannya,” ungkap Anyen.
Warga Kelapa Dua sudah mengenal betul Anyen, seorang preman yang seringkali beradu otot dengan seseorang atau kelompok tertentu. “Sudah tidak terhitung, berapa kali saya melakukan hal itu,” ungkapnya.
Namun setelah Anyen menyatakan pensiun dari professinya sebagai preman. Ia mengajak preman dan pengamen jalanan di sekitar Kelapa Dua, untuk membentuk komunitas Al-Ikhlas Nusantara.
“Komunitas itu bergerak dalam bidang keagamaan, dan sosial. Alhamdulillah, berkat usaha bersama, pembangunan Panti Asuhan bisa terwujud,” terang Anyen, dikutip Liputan6, Rabu (29/3/2017).
Sebelum menggarap tanah yang sedang dibangunnya kini, Anyen sempat menerima tanah seluas 40 meter persegi. Tanah itu ditumpuki gunungan sampah. Meski sampah dipindahkan bergotong-royong, namun masalah tidak selesai sampai disana.
“Tokoh masyarakat kurang mendukung karena yang membangun rumah anak yatim adalah orang-orang jalanan. Boleh dikatakan, asumsi mereka pada kita adalah orang-orang tidak beres,” tutur Anyen.
Karena itu, Anyen juga ingin merubah pandangan masyarakat terhadap orang jalanan bahwa mereka juga memiliki hati dan bisa berubah ke arah yang lebih baik.
“Bersama dengan komunitas Al-Ikhlas Nusantara, saya ingin menghilangkan asumsi masyarakat yang menilai orang jalanan tidak punya hati,” teguh Anyen.
Langkah yang dilakukan Anyen bersama 52 anggota lainnya di komunitas Al-Ikhlas Nusantara adalah mengumpulkan iuran seribu rupiah setiap hari. Anyen sadar bahwa dirinya bukanlah kalangan berada, hanya bermodal niat dan tekad kuat untuk membangun Panti Asuhan.
Iuran itu pula yang nantinya menjadi bekal untuk menghidupi anak yatim. Bila satu anggota mampu mengumpulkan seribu perhari, maka dalam sebulan setiap anggota membayar iuran Rp 30 ribu per bulannya.
“Masa iya kita tidak bisa penuhi kebutuhan untuk dua sampai lima orang,” tutur Anyen.
Berniat untuk kemaslahatan bersama, membuat Anyen percaya bahwa usahanya akan berbuah keberhasilan, walau mengantongi modal seadanya. Sebab, sebelumnya dia pernah merenovasi sebuah masjid di Lebak, Banten hanya bermodalkan nol rupiah.
“Berdoa saja, semoga usahanya berjalan dengan lancar,” kata Anyen.
Meski pembangunan belum rampung, Anyen dan komunitasnya sudah menyiapkan berbagai program. Salah satunya adalah lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).
“Rencananya kegiatan ini dilaksanakan ketika peresmian rumah panti asuhan,” tutur Anyen.
Meski pendaftaran belum dibuka, namun sudah ada delapan calon peserta yang ingin adu kebolehan membaca ayat suci Al Quran dengan merdu. Lima orang di antaranya dari komunitas Al-Ikhlas Nusantara dan tiga orang lainnya dari pengamen Parung Panjang dan pengamen Perum I, Karawaci.
“Silahkan siapa saja boleh mendaftar, asalkan statusnya orang jalanan,” ujarnya.
Anyen berharap, dari usahanya ini dapat membawa pengaruh untuk orang-orang lainnya agar bisa memberikan manfaat untuk masyarakat terlepas dari apapun statusnya. []