CIMAHI—Diawali dengan lantunan ayat suci al quran, peringatan detik detik pengibaran bendera merah putih dalam pada hut ri ke 72 di Pesantren misbahnur, di kota Cimahi, berlangsung dalam nuansa berbeda namun khidmat. Seluruh peserta upacara pria baik siswa maupun para pengasuh pondok pesantren seragam mengenakan kain sarung. Sementara peserta perempuan mengenakan pakaian hijab.
Tak terkecuali pembawa bendera merah putih, seluruh peserta saat berbaris kompak mengenakan kain sarung. Layaknya pasukan pengibar bendera pusaka, paskibraka, para santri berbaris untuk mengibarkan bendera. Termasuk pemimpin dan inspektur upacara juga mengenakan kain sarung.
Penggunaan kain sarung bagi pria sebagai simbol identitas budaya indonesia, dan menjaga tradisi para santri dalam keseharian termasuk merayakan hut ri ke 72. Beragam corak dan warna kain sarung juga menambah nuansa berbeda dalam upacara ini.
“Kami dari pesantren Misbahnur sengaja memepringati HUT RI dengan menggunakan sarung kami ingin mengajak para santri agar mensyukuri kemerdekaan RI, dan kami juga ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan RI tidak terlepas dari perjuangan para ulama juga para santri,” kata Badrusallam selaku pimpinan Pondok Pesantren Misbahnur, Jumat, (17/8/18).
Sementara itu menurut dadan hamdan salah seorang pengibar bendera yang juga menggunakan sarung mengaku tidak memiliki kesulitan saat mengibarkan bendera dengan mengenakan sarung, karena dirinya sudah terbiasa menggunakan sarung sehari harinya.
“tidak ada kesulitan karena sudah terbiasa, justru dengan sarung lebih ringan, hanya kehawatirannya kedodoran jika tidak kencang, hanya tadi alhamdulilah aman,” kata Dadan Hamdan selaku petugas pengibar bendera.
BACA JUGA: Inilah Fakta Menarik Seputar Proklamasi Kemerdekaan RI
Selain pengibar bendera, para peserta sekaligus pembaca teks proklamasi kemudian teks undang undang dasar 1945 juga mengenakan kain sarung. Acara diakhiri dengan menyanyikan sejumlah lagu nasional. []
REPORTER: SAIFAL