AIMAN dan Aisyah adalah dua saudara kembar. Umur mereka sekitar empat belas tahun. Mereka hidup dalam pelukan kasih saying orang tuanya, dan dalam suasana keluarga yang baik dan mulia. Keluarga Aiman dan Aisyah adalah sebuah keluarga yangs ejahtera, damai dan bahagia berkat iman yang benar, ibadah yang baik, dan perilaku yang lurus.
Ayah Aiman dan Aisyah adalah seorang pedagang yang sukses dan dipercaya oleh pelanggan-pelanggannya. Sedangkan ibu mereka, walalupun seorang sarjana, dia lebih mengutamakan ilmu dan keahliannya untuk rumah tangga dan keluarganya, yakni untuk suami dan anak-anaknya
Aiman dan Aisyah adalah anak-anak yang cerdas dan pintar. Mereka menyukai ilmu pengetahuan dan rajin belajar. Di antara mereka ada persaingan. Masing-masing ingin dirinya lebih unggul. Mereka bagaikan dua ekor kuda pacuan di lapangan.
Saat yang paling indah dan menyenangkan bagi mereka adalah saat berkumpul bersama kedua orang tuanya. Jika sudah berkumpul, mereka saling bersaing dalam mengemukakan tanya jawab dan pendapat. Di sinilah terlihat kecemerlangan dan kemampuan keduanya.
Melihat tingkah kedua anaknya, ayah hanya tersenyum dan mencoba memberikan jawaban yang tepat. Ibu kadang juga turut menjawab, terlebih jika pertanyaan itu datang dari Aisyah. Hal itu mungkin karena biasanya anak perempuan lebih dekat dengan ibunya dalam simpati dan kasih sayang, dan memang seolah-olah Aisyah meminta perlindungan dan bantuan dari ibunya.
Keadaan seperti inilah yang mengundang olok-olok dari Aiman, baik dengan kata-kata maupun gerakan-gerakan yang dapat menimbulkan amarah saudarinya, Aisyah, yang terkadang olokan-olokan itu membuat Aisyah menangis. Jika sudah begitu, Aiman tidak sampai hati. Pada saat demikian Aiman menghapus airmata Aisyah dan mendaratkan kecupan simpati dan cinta di keningnya.
Beginilah pendidikan mereka dan begini pulalah suasana keluarga bahagia dengan semua anggotanya. []
Sumber :Â Mengenal Allah, Dialog Tauhid Kepada Anak/Muhammad Ali Qutb/Gema Insami Press