SEPERTI Syekh Juha yang santai menyikapi pertengkaran dengan istrinya, dengan senyuman, canda, tenang, dan riang.
Suatu hari seorang tetangganya menghampiri dan berkata, “Tadi malam aku mendengar keributan di rumahmu. Lalu terdengar ada yang jatuh dari tangga.”
Syekh Juha menjawab datar, “Aku dan istriku sedang bertengkar. Ia memukul bajuku hingga jatuh ke lantai, lalu ia menaiki tangga. Itulah yang kau dengar.”
BACA JUGA: Siapa Bilang Profesi Ibu Rumah Tangga Bikin Gak Pede?
“Subhanallah,” seru orang itu setengah tak percaya, “Sampai sebegitukah suara hempasan bajumu?”
“Ah, jangan tegang begitu, yang ada di dalam baju itu aku.”
Masyaallaah..
Begitu sederhanya Syekh Juha menyikapi sebuah persoalan, tidak didramatisir, dimbumbui, dan diolah jadi cerita memukau. Tak ada ungkapan hiperbola sehingga menjadikan masalah kecil seolah-oleh besar, rumit, dan serius.
Yang ada justru persoalan rumit disederhanakan, yang serius dibawa santai, dan yang tegang disikapi dengan tenang.
Beliau santai saja mengatakan pada tetangganya bahwa yang jatuh itu hanya selembar baju, hanya saja baju itu sedang dipakainya. Hehe…
Kisah ini mengajari kita agar tak terlalu serius menanggapi sebuah persoalan, terlebih lagi berselisih paham antara suami istri. Santai saja, tenang, sederhana, dan jangan lupa bahagia.
Pertengkaran kecil dalam kehidupan rumah tangga itu wajar, suami istri saling tak enak hati, hadir prasangka yang tidak-tidak, dan lahir kesal pada pasangannya. Manusiawi.
Di sinilah seninya mengolah hati, melentur ego, lapang dada, dan belajar mengalah. Ada masa saling memahami dan memaafkan penuh ketulusan.
BACA JUGA: Mau Dibawa Kemana Rumah Tangga yang Anda Bangun?
Perselisihan kecil sejatinya sarana untuk mengembalikan bahagia yang mulai mengendur, luntur, dan terkikis pelan-pelan. Hati yang renggang terkuatkan dengan saling memaafkan. Jangan lupa bahagia.
Gesekan dengan pasangan jangan dianggap persoalan serius yang meredupkan cinta, romantis, dan kemesraan. Biasa saja. Sikapi dengan dewasa dan bijaksana.
Bairlah perselisihan dengan pasangan menjadi bumbu pemanis kehidupan, perekat cinta, dan pengokoh kebersamaan.
Semoga jendela pemakluman, pintu kemaafan, dan ruang-ruang hati selalu terbuka untuk saling mendoakan. Semoga rumah tangga selalu berada dalam kebaikan. []