SAYA sudah merasakan! Jika kau dinilai berubah lebih religius siap-siap dijauhi. Ada banyak kawan yang mengambil jarak yang sangat jauh, bahkan penulis-penulis yang katanya cerdas, tak sudi lagi mampir sekadar menyapa saya sekadar basa-basi di status atau di inbox, seperti dulu lagi.
Kabarnya, karena status saya sekarang lebih religius. Padahal penulis itu katanya profesi yang cerdas, masa sih alergi sama tulisan-tulisan religius, yang tujuannya mengingatkan diri sendiri (syukur-syukur bisa berguna buat orang lain) tentang mati. Bukankah orang cerdas itu orang yang banyak mengingat tentang mati?
BACA JUGA:Â Jauh-jauh Ingin Dakwahi Orang Lain, tapi Keluarga Malah Diacuhkan!
Dulu, ada banyak yang mendekat, saat saya menghandle project-project fiksi. Dan, disaat saya tak lagi berfiksi ria, karena sudah tahu hukumnya dalam agama yang saya anut, mereka seakan-akan tak mengenali saya lagi.
“So, apa iya karena tak menulis fiksi semisal cerpen saya jadi aneh begitu? Terus mereka-mereka yang dulu mendekat kala ada maunya jadi menjauh?” tanya saya sedikit sewot pada seorang kawan baru-baru ini. Saat kami diskusi ringan sembari menunggu waktu berbuka di bulan Ramadhan kemarin.
“Well, siapalah kita ini? Kalau cuman dilupakan setelah menganggap kita tak ada lagi harapan untuk membuat proyek-proyek tulisan, itu nda seberapa.
“Biarlah, bersabar saja… insya Allah akan diganti dengan kawan-kawan yang baik. Lah, Rasulullah Sang pembawa terang, pembawa risalah hingga kita bisa mengenal agama ini, belum tentu diingat setiap orang.
“Coba pikir, ada berapa yang mengirim shalawat pada beliau shallallalahu alaihi wa sallam setiap hari?” jawab si kawan memberi nasihat.
BACA JUGA:Â Gara-gara Sinetron
Saya mengangguk mengamini. Betul banget!
Toh, Allah Ta’ala justru mengirimkan banyak teman-teman baru kini. Teman-teman yang banyak membagikan ilmu syar’i, yang mengingatkan tentang perjalanan panjang sesudah mati. Bukankah agama seseorang dilihat dari temannya?
Malam-malam akhir Ramadhan kemarin, membuat saya banyak berpikir dan merenung. Salah satunya tentang memilah dan memilih teman itu penting. Sebab, kita membutuhkan teman-teman yang membantu kita meniti jalan menuju syurga. Besok-besok boleh deh bersih-bersih list pertemanan. []