KALA itu Abu Dzar al-Ghifari dan Bilal bin Rabah, dua sahabat Rasulullah, berselisih paham. Akibat salah satu hal, Abu Dzar secara tidak sengaja mengatakan kepada bilal perkataan yang bersifat rasis dan diskriminatif.
“Dasar kulit hitam!” kata Abu Dzar.
Perkataan itu menyakiti hati Bilal. Setelah mendengar perkataan itu, Bilal merasa sedih dan langsung mendatangi Rasulullah untuk menceritakan ucapan yang dilontarkan Abu Dzar kepadanya tentang ejekan ‘kulit hitam’.
BACA JUGA: Selain Bilal, Inilah Sahabat Berkulit Hitam pada Masa Nabi
Rasulullah pun langsung mendatangi Abu Dzar untuk menegurnya.
“Sungguh dalam dirimu masih terdapat jahiliyah!” kata Rasulullah kepada Abu Dzar.
Dihardik Rasulullah, Abu Dzar pun merasa tertampar. Ia menangis dan menyesali perbuatannya karena telah menyakiti Bilal bin Rabah dengan sebutan kulit hitam. Abu Dzar meminta ampun kepada Allah agar perkataannya tersebut dimaafkan, karena ia melontarkannya secara tidak sengaja.
Selain itu, Abu Dzar juga mendatangi Bilal untuk meminta maaf sembari tersungkur. Sebab, penyesalannya yang amat dalam, Abu Dzar meminta Bilal untuk menginjak wajahnya karena merasa sangat berdosa akibat ucapannya tersebut.
BACA JUGA: Abu Dzar Meminta Bilal untuk Menginjak Kepalanya
“Injaklah wajahku, wahai Bilal! Injak wajahku! Injak wajahku Bilal! Demi Allah Injaklah wajahku, wahai Bilal! Aku berharap dengannya Allah akan mengampuniku dan mengampuni sifat jahiliyah dari jiwaku!” kata Abu Dzar menyesal.
Namun dengan kebesaran hatinya, sang muadzin bersuara “emas” itu sudah memaafkan Abu Dzar dan tidak ingin menginjak wajah sahabatnya tersebut. “Semoga Allah mengampunimu, Abu Dzar. Aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di muka yang penuh cahaya sujud pada Allah itu,” kata Bilal.
Setelah kejadian itu, keduanya berdamai dan kembali berhubungan akrab seperti biasanya. []