SEORANG lelaki yang betah melek, menikah dengan perempuan yang cepat ngantuk saat matahari tenggelam. Seorang lelaki pecinta durian, menikah dengan perempuan yang muntah-muntah setiap mencium aroma durian.
Seorang lelaki yang sangat tertib dan administratif, menikah dengan perempuan yang suka menikmati hidup secara mengalir. Seorang lelaki yang malas mandi dan berdandan, menikah dengan perempuan yang sangat jijik dengan hal yang kotor.
BACA JUGA: Fokus Mengingat Kebaikan Pasangan
Seorang lelaki yang suka makanan tradisional ala kampung, menikah dengan perempuan yang suka makan ala Eropa. Seorang lelaki pecinta binatang, menikah dengan perempuan yang trauma binatang.
Fenomena hidup berumah tangga seperti yang tertulis di atas, cukup mudah memahami mengapa suami dan istri harus rela menerima pengaruh pasangan.
Tujuannya adalah untuk mencapai titik keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga, yang bisa dinikmati oleh suami dan istri.
Bukan hanya suami saja yang berubah menerima pengaruh pasangan, bukan hanya istri saja yang berubah menerima pengaruh pasangan. Keduanya harus rela berubah untuk menerima pengaruh pasangan.
Ketidaksediaan atau ketertutupan diri untuk menerima pengaruh pasangan, adalah sebentuk ‘kesombongan’ yang harus dihilangkan. Ajaklah pasangan anda berubah dan berproses bersama, menuju kondisi yang lebih baik dan lebih nyaman.
BACA JUGA: Malam Pertama, Ini 13 Hal yang Perlu Diketahui Pasangan Muslim
Bimbinglah pasangan anda, untuk berproses bersama menuju kehidupan berumah tangga yang lebih harmonis dan bahagia. Bukan dengan memaksakan kehendak, namun dengan proses bersama, menerima pengaruh pasangan untuk kemudian melakukan perbaikan.
Dengan cara seperti ini tidak perlu ada yang terluka untuk cinta. Tidak perlu tuduh menuduh, tuding menuding, salah menyalahkan, namun justru bergandengan tangan untuk melakukan perubahan bersama pasangan.
Betapa indah dan menyenangkan jika hal seperti ini bisa kita wujudkan dalam kehidupan keseharian. []
SUMBER: CAHYADITAKARIAWAN