PADA tahun ketiga Hijriyah, Bani ‘Adhl dan Bani Qarah meminta kepada Nabi SAW agar dikirim kepada mereka beberapa orang untuk mengajarkan kepada mereka ajaran Islam. Maka Nabi mengirimkan kepada mereka enam orang sahabatnya. Akan tetapi Bani ‘Adhl dan Bani Qarah mengingkari perjanjian dan membunuh sebagian besar utusan Nabi itu.
Dikisahkan, bahwa mereka mengeluarkan Zaid di tanah Haram untuk dibunuh. Sejumlah orang dari suku Quraisy berkumpul, di antara mereka ada Abu Sufyan bin Harb. Abu Sufyan berkata kepada Zaid, “Wahai Zaid, demi Tuhan apakah kamu suka jika Muhammad menggantikanmu?”
BACA JUGA: Kecemasan Nabi Muhammad
Zaid menjawab, “Demi Allah, aku tidak rela jika seandainya Nabi terluka meski tertusuk duri, sementara aku duduk bersama keluargaku.’
Abu Sufyan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang mencintai orang lain melebihi kecintaan pengikut Muhammad kepada Muhammad.”
Setelah itu Zaid pun dibunuh.
Sedangkan Khubaib bin ‘Adiy, ketika orang-orang kafir itu membawanya untuk disalib. Ia berkata kepada mereka, “Jika saja kalian mengizinkanku untuk shalat dua raka’at.”
Mereka berkata, “Silahkan.”
BACA JUGA: Umar saat Masuk Islam: Tunjukkan Padaku, Dimana Muhammad
Maka Khubaib shalat dua dengan Khusyuk. Setelah itu Khubaib berkata, “Demi Allah, ketahuilah, seandainya aku tidak khawatir kalian menuduhku memperpanjang shalat karena takut mati, niscaya aku perpanjang shalatku.” Ia pun melantunkan dua baris syair,
“Manakala aku terbunuh dalam keadaan Muslim, aku tidak peduli di manapun aku mati. Kematianku adalah di jalan Allah. Jika dia berkehendak, niscaya potongan tubuhku akan penuh berkah.” []
Sumber: Sirah Nabawiyah Untuk Remaja/ Penulis: Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadawi/ Penerbit: Robbami Press Jakarta, 2001