DIRIWAYATKAN dari Ibnu ‘Abbas ra., sebuah hadis berikut ini:
Pada suatu hari Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Wahai Muhammad, Tuhan menyampaikan salam untukmu seraya bertanya, ‘Kenapa kamu kelihatan sedih dan risau,’ padahal Allah lebih mengetahui tentang apa yang terjadi.” Beliau bersabda, “Wahai Jibril, telah lama saya memikirkan tentang umatku nanti pada hari kiamat.” Jibril bertanya, “Tentang urusan orang-orang kafir atau tentang urusan orang-orang Islam?” Beliau menjawab, “Wahai Jibril, tidak, tetapi tentang urusan orang-orang yang membaca Laa ilaaha illallah.” Kemudian Jibril memegang tangan beliau dan membawanya sampai ke kubur Bani Salimah. Jibril lalu mengepakkan sayap kanannya pada sesuatu kubur seraya berkata, “Bangkitlah dengan izin Allah.” Maka bangkitlah seseorang yang bermuka putih sambil membaca Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasuulullah Al-hamdu lillahi Rabbil’alamin.” Kemudian Jibril berkata, “Kembalilah,” maka orang itu pun kembali (ke kuburnya) sebagaimana sebelumnya. Kemudian Jibril mengepakkan sayap kirinya pada sesuatu kubur seraya berkata, “Bangkitlah dengan izin Allah,” maka bangkitlah seseorang yang bermuka hitam, matanya biru sambil berkata, “Betapa celaka, betapa menyesal dan betapa jelek nasibku.” Kemudian Jibril berkata, “Kembalilah,” maka orang itu pun kembali (ke kuburnya) sebagaimana sebelumnya. Kemudian Jibril berkata, “ Begitu itulah mereka nanti dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan keadaan mereka sewaktu mati.”
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda, “Ajarkanlah Laa ilaaha illallah kepada orang-orang (menjelang) mati di antara kamu sekalian, karena sesungguhnya kalimat itu dapat menghancurkan dosa-dosa sehancur-hancurnya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, (bagaimana) jika ia membaca kalimat itu sewaktu hidupnya?” Beliau menjawab, “Kalimat itu lebih menghancurkan dan lebih menghancurkan.”
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda, “Tungguilah orang-orang yang (menjelang) mati di antara kamu sekalian dan ajarkanlah Laa ilaaha illallah kepada mereka dan sampaikanlah berita gembira dengan surga kepada mereka, karena sesungguhnya orang yang tabah dan pandai baik laki-laki maupun perempuan akan bingung pada saat sakaratul maut itu, dan sesungguhnya iblis yang musuh Allah itu sangat dekat kepada seseorang di saat itu, ketika (seseorang) akan meninggalkan dunia dan meninggalkan kekasih-kekasihnya. Janganlah kamu putuskan harapan mereka karena sesungguhnya penderitaan (di saat itu) sangat keras dan urusan sangat berat. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh menghadapi malakul maut itu lebih berat daripada seribu pukulan dengan pedang.”
BACA JUGA: Ucapkan Laa Ilaaha Illallah Masuk Surga?
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa ada seorang Bani Israil yang sangat tekun beribadah, dan d saat yang sama ada seseorang yang sangat durhaka. Orang yang tekun beribadah itu mati dan Nabi Musa as. diberitahu bahwa orang itu berada dalam neraka. Di lain pihak, orang yang durhaka itu pun mati, dan Nabi Musa as. diberitahu bahwa orang itu termasuk penghuni surga. Nabi Musa as. bertanya kepada istri orang yang tekun beribadah, “Apa yang biasa dilakukan oleh suamimu?” Istrinya menjawab, “Ia sangat tekun beribadah, dan semua orang tahu tentang hal itu.” Nabi Musa as. bertanya lagi, “Apalagi yang biasa ia kerjakan?” Istrinya menjawab, “Bila hendak tidur, ia selalu mengucapkan, “Kami beruntung bila apa yang disampaikan oleh Musa itu benar.” Kemudian Nabi Musa as. mendatangi istri orang yang sangat durhaka seraya bertanya, “Apa yang biasa dilakukan oleh suamimu?” Istrinya menjawab, “Ia orang yang sangat durhaka, dan semua orang tahu tentang hal itu.” Nabi Musa as. bertanya lagi, “Apalagi yang biasa ia kerjakan?” Istrinya menjawab, “Bila hendak tidur, ia selalu mengucapkan Laa ilaaha illallah wal-hamdu lillah semoga tetap pada apa yang telah disampaikan oleh Musa.”
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, maka keluar seekor burung hijau dari mulutnya dengan dua sayap putih yang bertaburan mutiara dan permata, lalu naik ke langit sehingga didengar dengungnya di bawah ‘arasy bagaikan dengung lebah, lalu dikatakan padanya, ‘Tenanglah (diamlah).’ Ia berkata, ‘Tidak, sebelum Engkau mengampuni orang yang membacanya.’ Kemudian setelah itu, Allah menjadikan 70 lisan bagi burung itu yang senantiasa memohonkan ampun kepada orang memilikinya (membacanya) sampai hari kiamat, nanti pada hari kiamat burung itu akan datang lalu memegang tangan orang yang memilikinya (membacanya), sehingga ia menjadi pembimbing dan petunjuk (jalan) ke surga.”
Dalam salah sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Musa as., Musa as. berdoa, “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan untuk mensyukuri nikmat yang Engkau karuniakan kepadaku.” Allah berfirman, “Waha Musa, ucapkanlah Laa ilaaha illallah.” Kemudian Nabi Musa as. minta tambahan, maka Allah berfirman, “Wahai Musa as., seandainya tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya Laa ilaaha illallah itu akan lebih berat.”
Mujahid menjelaskan bahwa ada tiga macam perbuatan yang tidak terhalang sama sekali dari Allah, yaitu: persaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, doa orang yang yakin akan dikabulkan, serta doa orang tua untuk anaknya dan doa orang yang dianiaya terhadap orang yang menganiaya.
Diriwayatkan dari salah seorang sahabat, bahwasanya ia berkata, “Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan benar-benar ikhlas dari lubuk hatinya serta membacanya dengan panjang penuh hormat, niscaya Allah menghapus 4000 dosa besar.” Ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Bagaimana apabila ia tidak mempunyai 4000 dosa?” Sahabat itu menjawab, “Diampunilah dosa-dosa keluarga dan tetangganya.”
Al Faqih berkata: Barang siapa yang memelihara tujuh kalimat, maka ia mulia di sisi Allah, mulia di sisi malaikat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih laut, merasakan manisnya ibadah dan hidup atau mati baik baginya. Ketujuh kalimat dimaksud adalah:
1. Apabila memulai sesuatu perbuatan, maka ia membaca Bismillahir rahmaanir rahiim.
2. Apabila selesai mengerjakan sesuatu, maka ia membaca Alhamdulillah.
3. Apabila lisannya terlanjur mengucapkan kata-kata yang tidak berguna atau mengerjakan perbuatan yang tidak terpuji, maka ia mengucapkan Astagfirullah.
4. Apabila hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan esok harinya, maka ia mengucapkan Insya Allah.
5. Apabila menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan, maka ia mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim.
6. Apabila tertimpa musibah baik dalam diri maupun hartanya, maka ia mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.
7. Sepanjang waktu baik siang maupun malam, lisannya selalu mengucapkan Laa ilaaha illallah.
Diriwayatkan dari ‘Amr bin Dinar dari Jabir bin ‘Abdullah, di mana ia berkata, “Orang yang mendengar Mu’adz bin Jabal ra., ketika akan meninggal dunia menceritakan kepada kami, bahwasanya Mu’adz waktu itu berkata, ‘Siarkanlah daripada aku bahwasanya aku mendengar dari Rasulullah SAW suatu hadits yang mau tidak mau aku harus memberitahukan kepadamu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas lagi yakin, maka ia akan masuk surga.” Dan Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa di saat menjelang matinya sempat membaca Laa ilaaha illallah, maka ia msuk surga.”
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Barangsiapa yang akhir perkataannya dari dunia adalah Laa ilaaha illallah, maka ia masuk surga.”
Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Aslam dari ‘Amr bin Dinar dari Jabir bin ‘Abdullah ra., dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sesuatu yang Nuh as., perintahkan kepada putranya, di mana Nuh as. berpesan, ‘Wahai anakku, aku memerintahkan kepadamu dua hal dan melarang kepadamu dua hal. Aku memerintahkan kepadamu untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lah, karena seandainya langit dan bumi diletakkan pada satu daun timbangan dan Laa ilaaha illallah (diletakkan) pada daun timbangan yang lain, maka ucapan itu akan lebih berat daripada langit dan bumi. Aku juga memerintahkan kepadamu untuk mengucapkan Subhanallahi wa bi hamdih, karena ucapan itu merupakan shalatnya malaikat, doanya semua makhluk dan dengannya makhluk itu dikaruniai rezeki. Aku melarang kamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan Allah, karena orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah itu, maka Allah akan mengharamkan surga baginya. Dan aku melarang kepadamu dari takabbur (sombong) karena tidak ada seseorang akan masuk surga, sedangkan di dalam hatinya ada sebiji sawi perasaan sombong.”
Dalam salah satu hadits diriwayatkan, “Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas, maka ia masuk surga.”
Dalam pengucapannya itu dipersyaratkan adanya rasa ikhlas, dan keikhlasan itu tidak akan terjadi, kecuali jika ucapan itu dapat menahannya dari perbuatan dosa, ucapan yang tidak dapat mencegah dari perbuatan dosa, maka bukanlah ucapan yang ikhlas dan dikhawatirkan ucapan itu hanya penghias bibir yang sewaktu-waktu bisa lepas.
Al Faqih menerangkan bahwa kaitan manusia dengan iman itu ada dua macam, yaitu ada yang imannya merupakan pemberian dan ada yang imannya hanya pinjaman. Tanda bahwa imannya pemberian adalah imannya itu dapat mencegah dari perbuatan dosa dan mendorong untuk selalu beribadah. Sedangkan tanda bahwa imannya itu pinjaman adalah imannya itu tidak bisa mencegah dari perbuatan dosa dan tidak bisa mendorong untuk melakukan ibadah karena sesungguhnya ia tidak memilikinya.
Anas bin Malik ra. meriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Laa ilaaha illallah itu harga surga.”
Dalam hadits yang lain disebutkan sebagai kunci surga, di mana disebutkan, “Laa ilaaha illallah, itu adalah kunci surga.”
BACA JUGA: Orang Berdosa akan Masuk Surga Jika Ucapkan Laa Ilaaha Illallah?
Kunci tentu memerlukan orang yang menggunakannya sebagai pembuka pintu. Orang yang menggunakan kunci itu harus mempunyai lisan yang selalu dzikir, bersih dari ucapan-ucapan dosa dan ghibah (menggunjing), hati yang khusyuk, bersih dari makanan yang haram dan syubhat, anggota-anggota badan yang senantiasa sibuk beribadah, bersih dari perbuatan-perbuatan maksiat.
Diriwayatkan dari Abu Dzarr ra., bahwasanya ia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarilah saya suatu perbuatan yang mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan saya dari neraka.’ Beliau bersabda, ‘Apabila kamu mengerjakan satu kejahatan, maka berbuatlah di sampingnya satu kebaikan, karena sesungguhnya kebaikan itu (dilipatkan) dengan sepuluh kali.’ Kemudian saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, (apakah) Laa ilaaha illallah termasuk amal-amal kebajikan?’ Beliau bersabda, ‘Ucapan itu termasuk kebajikan yang paling baik’.”
Salamah bin Zaid meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al Yaman ra., di mana ia berkata, “Islam akan lenyap sehingga seseorang tidak mengenal lagi apakah itu shalat dan puasa, sehingga seseorang akan berkata, ‘Dulu orang-orang sebelum kita mengucapkan Laa ilaaha illallah, maka marilah kita mengucapkan Laa ilaaha illallah.’ Ada seseorang yang bertanya kepadanya, ‘Apakah ucapan Laa ilaaha illallah itu akan berguna bagi mereka?’ Ia menjawab, ‘Dengan ucapan itu mereka akan selamat dari neraka dan akan masuk surga’.” []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin/Karya: Abu Laits As Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang