MUHAMMAD tinggal bersama ibunya selama beberapa hari setelah kelahirannya. Kemudian, seperti kebiasaan bangsa Arab, Halimah Sa’diah, seorang wanita dari desa, membawa dan merawatnya selama dua tahun. Halimah seorang wanita yang baik. Oleh Halimah, Muhammad bayi disusui.
Halimah, yang juga memiliki anak laki-laki, menyadari bahwa Muhammad selalu mengambil ASI dari sisi kanan, dan membiarkan sisi kiri untuk anak Halimah sendiri. Halimah juga memperhatikan berkah yang menyertainya. Kambingnya memberi susu lebih banyak daripada sebelumnya; Hujan turun setelah masa kering berkepanjangan.
BACA JUGA: Sebab Nabi Diberi Nama Muhammad
Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kembali ke Mekkah. Tapi kota itu terkena wabah sehingga Halimah, yang telah melihat berkah dari anak ini, bersikeras untuk membawanya kembali ke desanya sendiri. Muhammad kemudian tinggal selama dua tahun lagi dengan ibu susunya itu. Muhammad berumur empat tahun saat kembali ke ibunya sendiri.
Saat berumur enam tahun, ibunya, Aminah, mengajaknya mengunjungi kerabatnya di Madinah. Dalam perjalanan kembali ke Mekkah, ibunya meninggal di sebuah tempat bernama Abwa, dimana dia dikuburkan. Ummu Aiman, yang bepergian dengan mereka, membawanya ke Mekkah.
Setelah kematian ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya, ‘Abdul Muththalib, yang sangat mencintainya. Tapi saat Muhammad berumur delapan tahun, kakeknya juga meninggal. Dia sangat sedih saat kakeknya meninggal dunia.
Setelah kematian kakeknya, Muhammad diurus oleh pamannya, Abu Thalib. Dari kesebelas pamannya, Abu Thalib adalah satu-satunya saudara laki-laki kandung ayahnya.
Di masa kecilnya, Muhammad sangat berbeda dengan anak-anak lain. Dia tidak akan pernah melakukan sesuatu yang nakal dan juga tidak bertengkar dengan orang lain. Dia suka membantu pamannya. Dia tidak ambil bagian dalam permainan konyol yang dimainkan oleh anak-anak lain seusianya.
BACA JUGA: Waroqah bin Naufal Jelaskan Tanda yang Dirasakan Muhammad
Pernah ia bermaksud mengunjungi sebuah keramaian dimana orang berperilaku buruk. Dalam perjalanan dia lelah dan tertidur dan dia tidak sampai di sana. Allah melindunginya dari hal-hal yang buruk. Meski pemujaan berhala masih sangat umum, Muhammad kecil juga tidak pernah ambil bagian di dalamnya, bahkan saat anggota keluarganya lainnya menyembah berhala. Dia menghormati keluarganya dan bekerja sama dengan kerabatnya tapi dia tidak pernah bergabung dengan mereka jika mereka melakukan kesalahan. Jadi Allah SWT menyelamatkannya dari segala kesalahan.
Suatu hari, ketika Abu Thalib hendak berangkat ke Syam untuk berdagang, Muhammad bertanya apakah dia bisa ikut. Pamannya setuju dan mereka berangkat bersama. Dalam perjalanan mereka, mereka bertemu dengan seorang biarawan bernama Buhaira.
Buhaira berkata: ”Muhammad adalah utusan Allah.”
Ketika orang bertanya kepada Buhaira mengapa dia mengatakan itu, Buhaira menjawab bahwa ketika Muhammad turun dari gunung di dekatnya, dia melihat semua pohon dan batu berlutut. []
Sumber: Muhammad, the Beloved Prophet, A Great Story Simply Told/Karya: Iqbal Ahmad Azami/UK Islamic Academy/1990